Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Iseh okeh sing garing....(masih banyak yang kering)

12 September 2015   13:25 Diperbarui: 12 September 2015   13:34 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mr presiden petruk naik karpet terbang dari negeri aladin (6)

Mr MAs Prsiden petruk ketimur tengah melewati tanah sewarnadwipa yang dilihatnya dari karpet terbangnya yang dikemudikan ajudan ndalemnya , bagong nampak asap yang bukan hanya swarnadwipa yang kena negeri tetangga juga tidak kelihatan inilah rupanya "yang dinikmati" sang presiden naik karpet terbang ketimur tengan.

Bukan ulasan ketimur tengahnya mas presiden petruk tetapi lihat dibalik asap dan api yang membara itu ada penduduk yang membuka ladang untuk mempertahankan hidupnya, ada pengusaha ladang kebun besar yang mulai membuka ladang sawit, karet dan  besiyah untuk pabrik kertasnya dan inilah yang mungkin dari  pandangan pak presiden petruk yang luput karena sibuknya beliau dengan urusan negara dan plesiran ke luar manca negara.

Jangankan mengeluh dolar, ada sebagain yang benar-benar sudah tidak bisa mengeluh, taruh dolar tinggi tidak ngaruh, apabila di beri dua pilihan uang jutaan dolaar atau air seember mereka memilih air seember!

Benarkah pihak terkait belum tahu? bukankah BMKG Kapetrukan sudah "meramalkan" bahwa akan ada kemarau panjang yang membuat tanaman mati berdiri, binatang turun dari rimba dan kelak akan ada "muga-muga " tidak , mati berdiri anak manusia adam karena tidak punya air untuk diminum oleh mereka.

Nampaknya luput, oleh hingar bingar oleh semnagat bahwa debirokrasisasi dan deregulasi sudah dianggap bisa memenuhi kebutuhan ekonomi rakyat yang utama ( air) semua ternyata sudah ada" yang punya" oleh sebagian kabupaten dan propinsi dijualah sumber air abadi  milik rkayat dan dikendalikan oleh peruasahaan ini untuk "sebesar-besar keuntungan milik perusahaan" yang konon, mili, mengalirnya ke rakyat hanya tinggal "crit" kecil adalah inikah ekonomi yang di permudah oleh pemerintahan Petruk adakah inilah yang menyebakan keringnya sumber air bagi rakayat kita? 

nampaknya sudah dalam lingkaran air dan lingkaran "para syetan" yang dibutuhkan adalah "meningkatkan mental pengusaha" bagi kaum papa dalam mengelola kekayaan negeri ini "termasuk air" adalah kesempatan  bagi , karena rakyat sudah siap mental "hidup susah" "opo-opo larang" , BBM ( bensin) langka dan kebutuhan pokok yang mahal sudah menjadi"santap" siang para rakyat yang tidak terbantahkan mentalnya lebih kuat "digembleng jatuh bangkit lagi, dan jatuh bangkit lagi" nampaknya inilah ujian mas presiden petruk dimana masih banyak yang garing.

Garing sebenarnya (kekurangan air) , garing kena PHK, Garing tidak punya pekerjaan, garing olah raga dan garing sikap politik yang membuat semua "nampak tidak berisi air" harus di tanggulangi "dengan infus" energi negera tidak akan bisa berdiri sendiri, masih butuh rayat banyak yang harus" digembirakan" dan di buat tersenyum, bukan manyun...Pr buat pak presiden petruk sendiri, dan wajib di kerjakan karena PR besar inilah yang "ngitip-ngintip" harus di kerjakan sebelum dinilai "oleh guru yaitu rakyat"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun