Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Money

keberlanjutan....(memori takjil)

5 Juli 2015   14:10 Diperbarui: 5 Juli 2015   14:10 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 

teman ku tetangga aku berbisik,

mas ayo bisnis dlam ramdhan ini,

ya, ada apa ya?

oh ya mas, jualan takjilan,makan pembuka buka puasa...

aku baru tahu, tetapi karena akau pulang dari sekolahan saja jam dua saya hanya berucap mongo semoga sukses, jawabku...

 

mereka yang tangguh dan berjiwa wiraswasta seakan menjadikan momen puasa ramadhan ini sebagi peluang usaha menambah uang saku besok kalau lebaran, baik membuat penganan kecil sendiri atau kulak, membeli dan dijual kembali sungguh patut di puji, ada yang baru sma, ada yang baru kuliah ada yang pengangguran dan ada ibu-ibu muda yang pandai memmbaut snack kecild an berani memasarkan dari minuman, makanan kecil dan juga sebagian juga makanan berat yang dijual ditempat strategis yang mereka cari.

ada yang disebut gebyar ramadhan, pasaar tiban ramadhan dan juga sebuatan yang lain, inilahkebangkitan kecil ekonomi islam ataukah ini tanda bahwa semua sudah sadar bahwa puasa tidak seyogyanya hanya tidur waktu siang karena malamnya sudah sholat lail bersama-sama(tarawih) dan tadarus tidak menyurutkan mereka tetap"berusaha"dalam situasi kesempatan menentukan dalam ramdhan ini  adalah "kecerdasan "uamat dalam ekonomi kerakyatan yang sebagian adalah juga umat muslim, siapa yang dapat kesempatan ya di kejarlah kesempatanitu( sangat baik...)

Saya hanya membeli sebagian makanan kecil mereka dan sebagian minuman yang tidak bisa dan biasa kamiminum tetapi kesungguhan mereka dalam berdagang seakan mencengangkan hati dan kenyataan yang mereka raih dengan "perjuangan" tidak gentar adalah kenyataan yang patut dipuji.

Tetapi ramadahan hari ini tanggal 5 jul 2015 seakan membuat saya mempunyai analisa sendiri mengapa ekonomi umat islam berani beresiko waktu ramadhan, dan cenderung tidak melanjutkannya di kemudian hari? (setelah ramdhan?  analisa ekonomi saya:

1. berdagang takjil bukan profesi tetapi pengisi waktu ramadhan

2. bersifat spontan

3. biasanya hanya kutan yang telah ada

4. tidak mau membuat produk spesifik buatan sendiri

5. kebanyakan menu takjil hanya kulan dari pedagang besar yang biasa membuat pengenan kecil

6. temporer

7. daya juang yang tinggi(profesional masih belum terukur)

8. habis ramdhan modal habis untuk lebaran...(he he)

mengapa saya menganalisa ini delapan analisa yang mungkin jauh dari benar tetapi seyogyanya juga kita tetapa menumbuhka daya bisnis kita walau tidak saat ramdhan dan disetiap harinya kita bisa menumbuhkan daya juang yang lebih kelak dalam memperjuangkan perekonomian umat, karena menurut saya berjualan menu penganankecil(takjil) bisa dilanjutakan kelak bisnis kecil-kecilan yang lain diluar bulan ramadhan ini bagus bila dilanjutkan!

kelemahan kita sebagai umat ya sepertinya hanya sebagai tinggal memaori jalan-jalan (menikmati/berjualan takjil) selalu terulang kembali tahun depan ada benarnya dan pengisi waktu ...supaya dapat rubah kelak pandangan ini menjadi saudagr-saudagar kecil jawabnya bisa!, semoga...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun