selepas adzan luhur ini aku sempatkan untuk menulis, ya sekedar untuk melepas penat setelah mloya-mlayu ngajar murid difabel dislb  tempat saya mengajar, ya tumpuan hati dan tumpuan nasi buat saya, walau 45 kilometer tetap aku kejar, ya darah guru, karena sebab ini aku melanjutkan perjuangan bapak, dulu seornag guru SD dan sekarnag semua anaknya menjadi guru adalah kebanggaan kami bersama.
Ketika pagi pada lari kearah timur aku kearah Kulon Progo bersama kakakku mengajar kearah barat adalah kenyataan yang membuat iri hati kenapa pad aketimur kalau barat adalah sepi dan masih terbuka peluang lebar dalam segi ekonomi kelak dan juga alam yang masih asri adalah keunggulan Kulon progo, udaranya masih bersih dan terhindar macet  tidak seperti kota di timur kali progo, seleman, bantul dan kota yogya sendiri sudah ketularan macet Jakarta nampaknya, ya begini jadi kota urban juga kota budaya,plus pendidikan dan juga bisnis!
Keuntungan aku kerja di barat adalah, mega proyek, bandara dan mega proyek pasir besi dan juga pelabuhan menjajikan juga, karena bagaimanapun yogya barat ( kulon kaliprogo ) masih perlu investor yang kakap, karena daerah tambang pasir di kaliprogo dari saya sd sampai tua begini masih eksis, dan inilah perlu kebijakan yang istimewa juga nampaknya.
saya tidak kan membahas tentang suksesi gubernur DIY dengan raperdais yang masih maju mundur( cantik kata sayahrini) walau sekarang sudah maju  drafnya pada DPRDDIY, lega rasanya, saya disini akan membahas, mengapa proyek yang ada di Kulon progo, cenderung ditolaK? atau kurang sosialisasi ?.analisa saya begini:
1. Banyak proyek yang kurang sosialisasi, sehingga mendapat"perlawanan"
2. masyarkat masih perlu dibombong perubahan agraris ke industri, belum mampu dalam pola pikirnya
3. menolak belum tentu tidak setuju karena apa? karena hak mereka tidak terlindungi, dan penghargaan pembebasan tanah mereka yang jomplang pada nilai pasar
4. pemkab kulon progo tidak antisipasif atas gejala"menolak" malah cenderung mengkriminalisasi orang/sekelompok orang yang membela hak-hak mereka dan memperjuangkan hak mereka
5. banyak orang luar kabupaten yang "bermain" dalam  beberapa proyek ini
6. pola sama dalam menangani "penolakan" dengan menangkap orang dalam grup PPLP dna WTT dan dengan alasan sama yakni  penolakan identik dengan di tangkap!
7. pak bupati terlalu sibuk dari diri sendiri, belum turun kebawah
8. putusnya link dari masyarakat bawah  langsung ke bupati, sehingga bupati nampakanya diberi informasi yang keliru oleh orang-orang kepercayaannya
9. stagnannya komunikasi langsung/tidak langsung dengan masyarakat bawah
10. jangan membuat proyek mercu suar saja
11. kurang melindungi hak-hak warga(tanah, penghargaan dan menghargai perbedaan pendapat)
ini cuma analisa demi kemajuan KUlon Progo yang merupakan pintu masa depan Yogyakarta kelak dengan dunia internasional, maka sya sarankan:
1. bapak bupati harus turun kebawah, dan mau ngerti penderitaan masyarakat kecil
2. pemerintahan kabupaten harus merubah pola penyelesaian masalah "mega proyek" dengan pendekatan sosial budaya dan religiustias dan bukan penegakkan hukum yang tajam kebawah tumpul keaatas,
3. upaya pe"kriminalisasi " terhadapa "penolak "dihentikan karena ini tokh demi nama baik kabupaten kelak
4.sabar ....
mengapa saya menulis ini ? saya gusar bukan kepalang mengapa keadaan bisa terbalik dengan norma sosial yang ada kalau sudah ada "mega proyek" inilah pertanyaan saya yang masih belum ada jawabannya, dan hanya awan panas  siang ini saja yang mau menjawabnya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H