Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kabut Cinta, Merahnya Hati #4, Waktu Masa Lalu (04)

26 Februari 2015   02:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:30 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episode 3 : aku menerima teleponya dan aku engerti tentang persoalanya aku harap dia "plong" bila mau mengadu kepada saya walau hanya lewat facebook dan handphoneya kau baru tahu tentang sur, ya suryanti, wanita cantik yang selalu bersyukur walau keadaan membuatnya sakit hatidan tidak selalu bahagia dalam mengarungi hidup ini

Episode 4 :

aku baru tahu mesin waktu meninggalkan lobang-lobang galian dari seberkas tenaga tak terkira dalam kurun yang lama meninggalkan teman, dalam hati yang kelu dan dalam sepi yang merajutkan asa yang hilang dalam kurun yang tak akan kembali

"mas..kok diam?"

"aku baru mikir...bila...?'

"apa?"

"aku hanya mau bilang mengapa kamu wkatuitu lari..?"

"mass..maaf, bila ku katut sama masku yang dijakarta itu yang ternyata ...buaya.."

"tidak usah disesali ya..."

"tentang kejadian kita..?"

"mengapa?"

"aku tidak bisa ingat itu...aku lupa.."

"amnesia ya...?" dia tertawa kecil dan aku juga tertawa kecil

"karena siapa yang mau melupakan si cantik dan sexy..."

"kamu lucu...sama seperti abg yang baru kuliah..."

"ya ..ganteng sih aku..."kami tertawa dan aku diam membisa setelahnya

"mass...mengapa diam?"

"aku jadi mau...bobo..."

"wah ngantuk ya?"

"belum..."

"bagaimana to?"

"ingatkan kita waktu gunung kelud meletus...?"

"aku ingat mas...ada  apa?"

"tanda zaman...bahwa ada sesuatu di waktu manusia.."

"jangan kembali kemasa lalu mas..."

"tidak..."

"lalu kenapa?'

"aku harus bisa lupakan dan ikhlaskan semua .."

"termasuk aku ya?"

"yup betul...walau.."

"apa?"

"sakitnya tuh disini...hati non.."

"gila juga mas..masih buat puisi to?"

"masih..."

"aku diadd ya di FB atau twiter..."

"atau instagram?"

"mass...ngatuk..."

"ya bobo to..."

kami diam kami ngantuk dan diam dalam malam yang sunyi dan hanya suara jangkrik yang kami dengar, teman ...

bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun