Menurut Harun, tidak ada salahnya jika sesekali peran khotib diisi oleh para pakar dan praktisi dari berbagai bidang keilmuan seperti ekonomi, bisnis sosial, politik, hukum, atau bahkan teknologi. Selain itu khotib-khotib mainstream lainnya juga tidak ada salahnya untuk belajar bagaimana ilmu komunikasi agar Khotbah menjadi lebih menarik dan tentu saja materi bisa tersampaikan ke umat.
"Ayo ikut aku run, Jumatan di masjid itu. Disana aku jamin tema Khotbahnya nggak seperti biasanya." ajak Samsul, rekan kantor Harun. Harun pun penasaran dengan ajakan Samsul.
"Gimana? Beda kan run nggak kaya biasa Khotbahnya?" tanya Samsul selepas selesainya Sholat Jumat.
"Iya beda, tapi bukan itu yang aku maksud. Masa Khotbah kok isinya politik praktis, kampanye parpol sama capres, jelek-jelekin capres lain sama parpol lain. Kalau mau bicara politik yang disampaikan itu fiqh-fiqh dalam berpolitik, adab-adabnya, bukan kaya gini. Cuih! Gak sudi lagi aku dengar Khotbah seperti itu, bukannya membawa angin positif malah menistakan sholat Jumat sendiri itu namanya!" Harun benar-benar kesal.
"Kan aku Cuma janjiin beda run, nggak janjiin baik apa enggaknya hahaha." Canda Samsul.
"Sudah sudah, lekas pergi dari sini."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H