Dus makanan tentu tidak asing dalam keseharian kita, sebuah terobosan yang sangat membantu kita untuk membawa makanan dengan rapi dan ringan. Mulai dari restoran cepat saji brand luar negeri sampai penjaja makanan kaki lima hampir semuanya sangat mengandalkan dus makanan ini.Â
Walaupun sangat populer, nyatanya nasib dus makanan tidak sebaik ketenarannya. Sebagus dan serapi apapun tampilan dus ini, toh setelah terpakai kita akan langsung membuangnya.
Padahal pernahkah terbesit sekali saja di pikiran kita bahwa dari sekotak dus makanan ini, ada banyak sekali jalur rezeki yang Tuhan gariskan. Dengan memahami proses pembuatannya langkah demi langkah kita bisa memahami bahwa betapa luasnya cara Tuhan untuk memutar roda perekonomian manusia dan menjadikannya pintu rezeki.
Kertas
Jenis kertas yang digunakan sebagai dus makanan biasanya jenis duplex atau ivory, masing-masing jenis tentu punya proses pengolahan yang berbeda. Pihak yang kebagian rezeki dari kertas ini tidak saja buruh pabrik kertas, operator mesin, pemilik pabrik, tapi juga sampai supir truk pembawa kertas, tukang potong kertas bahkan kuli-kuli angkut kertas.
Desain
Dus makanan yang kita bahas kali ini bukan dus polos warna putih itu ya, tetapi dus yang memiliki desain dari merk si penjual. Setelah menentukan dan menyiapkan kertas yang akan digunakan, langkah selanjutnya adalah membuat desain gambar dan me-layout desain tersebut ke dalam bentuk dus yang diinginkan.Â
Desainer grafis berperan paling penting dalam proses pembuatan dus makanan ini, karena merekalah yang akan menentukan apa yang harus dikerjakan di langkah selanjutnya.Â
Tugas desainer mencakup membuat desain gambar, me-layout ukuran dan lekukan (perihal lekukan ini akan kita bahas selanjutnya), menentukan ukuran kertas yang diperlukan dan bagaimana potongan kertas yang tepat.
Pembuatan plat film
Dus makanan biasanya dicetak menggunakan mesin offset. Mesin offset adalah mesin dimana gambar yang akan dicetak dipindah dahulu ke dalam plat film. Berbeda dengan mesin printer biasa di kantor-kantor yang tinggal kita tekan tombol print maka akan langsung tercetak ke dalam kertas persis sesuai gambar dengan akurasi warna yang akurat.
Setelah desain dan layout ditentukan, langkah berikutnya adalah mencetak desain tersebut ke dalam plat film offset. Plat ini berentuk lembaran dari bahan dasar aluminium.Â
Proses pembuatan plat itu sendiri dari sejak bahan mentah, pengolahan menjadi aluminium, proses distribusi, masuk ke pabrik pembuatan lembaran plat kosong, kemudian baru siap dijadikan media cetak desain dus makanan tentu melibatkan banyak orang  yang mendapat rezeki dari sektor ini.
Tinta
Dus yang menarik dengan desain beraneka warna tentu membutuhkan tinta yang banyak pula. Jika anda biasa menggunakan printer digital di kantor dan rumah anda, tentu juga tidak asing dengan tinta printer.Â
Tinta printer digital tentu berbeda dengan tinta  printer offset, jika tinta printer digital berbentuk cair dan mudah penggunaannya berbeda dengan tinta mesin offset yang bertekstur lebih padat serta pencampuran warnanya harus secara manual.
Jika sebelumnya kita  membayangkan banyaknya orang yang terlibat pabrik kertas dan pabrik plat, begitu halnya pada tinta ini sejak masih bahan baku mentah dan diolah serta didistribusikan hingga menjadi sekaleng tinta yang dijajakan toko tinta tentu melibatkan pula banyak orang dan banyak pintu rezeki dari tinta.
Pencetakan di mesin offset
Kertas sudah siap, desain sudah tercetak di plat film, tinta sesuai yang dibutuhkan juga telah siap. Maka langkah utamanya adalah naik ke mesin cetak offset. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya sekilas tentang bagaimana mesin cetak offset.Â
Mesin ini lebih rumit dari mesin digital karena melibatkan banyak proses dan komponen di dalamnya. Jika dengan printer biasa kita bisa mencetak sekali dengan banyak warna sekaligus, maka di offset kita hanya bisa mencetak per 1 warna.
Bukankah ada banyak sekali warna di dunia ini? Pada dasarnya warna dalam dunia percetakan maksimal hanya ada empat, yaitu cyan, magenta, yellow, dan black, atau yang lebih dikenal dengan CMYK.Â
Keempat warna inilah yang dapat membuat gambar full warna dengan penyesuaian komposisi yang berbeda untuk tiap hasil warna yang diinginkan. Karena itu mencetak dengan mesin offset juga membutuhkan tenaga dengan ketrampilan khusus.Â
Seperti halnya smartphone yang membutuhkan ahli reparasi yang khusus serta berbagai produk aksesoris, mesin offset pun demikian bisa membuka banyak jalur rezeki Tuhan. Â
Proses laminasi
Proses pond kertas
Hal pertama yang harus dibutuhkan adalah pisau pond. Setiap bentuk dan volume dus yang berbeda membutuhkan pisau pond tersendiri. Pernah melihat proses pembuatan batik cap? Pernah melihat dan memegang secara langsung cap batik? Kurang lebih seperti itulah bentuk pisau pond.Â
Pembuatan pisau pond umumnya masih dilakukan manual oleh pengrajin pisau pond. Bahan utama yang digunakan tentu saja besi tajam dan kayu sebagai alasnya. Harga per pisau pond berkisar puluhan ribu sampai jutaan rupiah lho. Tertarik untuk menjadi pengrajin pisau pond?
Bayangkan saja jika kita kembali bahas sejak awal proses pengolahan bahan pisau pond. Setelah pisau pond dibuat, kemudian pisau itu bisa digunakan oleh mesin pond untuk mencetak garis lipatan pada kertas satu per satu. Proses ini masih umumnya dilakukan manual oleh tenaga manusia.
Proses Finishing
Hanya saja proses pelipatan ini umumnya dilakukan sendiri oleh penjual ketika makanan siap dimasukan ke dalam dus. Sampailah sekotak dus makanan itu di tangan kita dan memudahkan kita untuk membawa makanan kesana-kemari.
Begitulah proses panjang pembuatan kotak dus makanan yang membuka banyak sekali pintu rezeki Tuhan dan tentu saja roda perekonomian. Dus makanan ini hanyalah salah satu contoh dari produk sederhana yang bisa memberikan kita banyak celah dan peluang usaha dalam rangka mencari rezeki, tentu masih banyak contoh produk lain yang masih jarang dijamah oleh orang-orang di setiap langkah pembuatannya.
Poin utama yang disampaikan di tulisan ini adalah betapa Maha luasnya Tuhan membagi rezeki. Dari satu produk saja yang dibutuhkan manusia, ada banyak jalur Tuhan untuk membagi rezekinya.Â
Perkembangan zaman yang semakin cepat dengan bertambahnya produk-produk inovatif tentu menjadi peluang rezeki bagi manusia. 15 tahun lalu siapa yang terpikir bercita-cita membuka usaha startup seperti Gojek, Shopee, traveloka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H