Mohon tunggu...
Muhammad AlQodri
Muhammad AlQodri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengalaman Jadi Kuli Gratis di Smantri

23 November 2020   08:32 Diperbarui: 23 November 2020   08:39 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret salah satu teman saya menentang kereta api ketika perjalanan menuju Masjid Raya Sumbar. (Dokpri)

Jarak rumah saya yang jauh dari sekolah membuat saya hampir terlambat setiap hari, dan apesnya saya dihukum sampai 2 jam mata pelajaran. 1 jam mata pelajaran tuh biasanya sekitar 40 menitan, jadi saya total saya dihukum 80 menit , jarak waktu ke istirahat sekitar 40 menitan lagi, sering kali setelah selesai masa hukuman saya bukannya menuju ke kelas malah jajan di kantin sambil baca artikel yang menurut saya menarik, saya tidak suka main game karena menurut saya main game hanya buang-buang waktu apalagi saya mainnya tidak jago. Kalo pelajarannya fisika, kimia, dan Matematika saya langsung masuk kelas karena pelajaran ini mau di utbkin selain pelajaran itu saya stay in kantin. 

Saat jam istirahat saya malah menuju masjid sekolah dengan niat sholat dhuha,habit ini saya lakukan di semester 2 kelas 12 karna perangkingan snmptn udah ada, jadi mendekati diri kepada Allah dengan sembunyi-sembunyi adalah cara tercurang dalam lulus snmptn. 

Saya setiap hari berdoa kepada Allah, Ya Allah luluskan hamba snmptn, hamba sangat malas mengikuti sbmptn saking malasnya saya ikut utbk karna saya tidak diizinkan kuliah di ITB ,nilai raport dan persiapan utbk saya sudah siapkan tapi mau gimana lagi Ridho Orangtua juga Ridho Allah. 

Alhamdulillah doa saya terkabul, dari 40% yang lulus perangkingan snmptn satu-satunya yang memilih jurusan matematika adalah saya padahal di angkatan 39 yang lulus jalur snmptn ada 2 orang sedangkan di angkatan saya yang memilih jurusan matematika hanya saya, otomatis lulus dong. 

Andaikan saya ada niat untuk ikut utbk lagi untuk masuk ke ITB matkul di Jurusan Matematika sangat mendukung untuk ujian utbk. Namun, setelah berpikir panjang perjuangan masuk SNMPTN itu tidaklah mudah, bahkan banyak kawan-kawan saya yang ingin , tapi ia tidak lulus perangkingan raportnya.  

Saya membayangkan diluar sana masih banyak orang yang mau kuliah dan saya yang sudah kuliah mana lewat jalur SNMPTN lagi tapi saya malah pindah seolah saya tidak  bersyukur, kalo alasannya saya tidak cocok dijurusan tersebut bagaimana saya bisa cocok di ITB, saya rasa perasaan saya saat ini cuman gengsi. 

Setelah bertanya ke uda uni hal yang membuat betah di Matematika Unand adalah karena sudah nyaman sama teman dan ikut organisasi, saya akui emang teman-teman di matematika unand sangat baik dan pastinya bikin lingkungan saya nyaman,  saya kutip kata-kata uda uni akt 18 saya " Hadiah terbesar dalam hidup ini adalah persahabatan dan aku telah mendapatkannya" dan sekarang ini sayapun sedang mengikuti organisasi yaitu peaceleader. Lalu apa alasan saya meninggalkan Unand selain gengsi?

Lanjut ceritanya, masuk ke kelas jam 10 sampai istirahat sholat zuhur, biasanya kalau hari jumat saya dan kawan-kawan memiliki prinsip" Semakin jauh kaki melangkah ke mesjid maka semakin besar pahala" jadi kami setiap hari Jumat itu selalu melakukan perjalanan menuju Masjid Raya Sumbar dibandingkan dengan Mesjid sekolah yang sempit dan udaranya gerah selain itu di Masjid Raya Sumbar ada pembagian teh atau kopi dan yang lebih penting kami bisa terlambat masuk jam pelajaran bahasa Indonesia yang bikin mata dan telinga kami lelah mendengarkan ocehan ibuk tuh yang tidak pernah masuk ke otak kami.

Potret salah satu teman saya menentang kereta api ketika perjalanan menuju Masjid Raya Sumbar.

Kadang saya bingung sekolah saya yang terlalu disiplin atau mereka tidak punya uang untuk menggaji kuli, selama saya bersekolah di smantri setiap tahunnya pasti saya terlambat dan hukuman jadi kuli setiap tahun pernah saya rasakan, berikut track record pekerjaan kuli saya :

* Saat Tahun pertama

Saat masa ospek smantri kekurangan lahan parkiran sehingga para siswa baru yang seharusnya dikenalkan dengan lingkungan sekolahnya malah menjadi kuli gratis membuat parkiran baru dengan dalih gotong royong, saya dan kawan-kawan smantri 40 mencangkul tanah yang telah menggunung menjadi rata sehingga terciptalah parkiran baru didepan ruang majelis guru menampung sekitar 50an motor.

* Saat Tahun kedua

Kepsek saya sangat kreatif sekali dan sangat tahu sekali bahwa siswanya dari kelas 10 udah terlatih jiwa kulinya sehingga munculah ide membuat kolam ikan didepan dan dibelakang dekat Islamic Center dengan menggunakan kuli gratis dan ada juga kuli beberapa kuli dari luar waktu itu ,saya ingat sekali yang terlambat itu sekitar 60 orang. 

Kami dibagi 2 tim 30 didepan dan 30 dibelakang, saya dapat job dibelakang dekat Islamic Center, tugas kami adalah memindahkan pasir dari luar menggunakan gerobak dorong ke Islamic Center, ada 2 Job pekerjaan disini yang mengumpulkan tanah menggunakan cangkul dan mendistribusikan tanah ke belakang, pekerjaan yang seharusnya lama bisa dipercepat menggunakan jasa kuli gratis, emang pintar kepsek saya.

Dokpri
Dokpri
Potret sebelum adanya jembatan penghubung 

Dokpri
Dokpri
Potret setelah adanya jembatan penghubung tapi belum ada patung kuda.

*Saat Tahun Ketiga

Sebenarnya bisa saja saya menghilang dari tugas suci sebagai kuli gratis ini, tapi proyek saat itu ialah membuat patung kuda putih yang membuat saya tertarik, dan pelajaran kelas 12 yang bikin saya bosan dikelas maka kuli adalah jalan ninja saya ( hitung-hitung amal) . Sampai sekarang saya bingung sekolah saya beralamat jalan Gajahmada seharusnya yang dibangun itu gajah bukannya kuda.

Dari kuli bangunan saya beralih menjadi kuli rumput karena untuk membuat patung kuda tidak membutuhkan pasir yang banyak sehingga lenyapnya eksistensi kuli bangunan.

Lantai di halaman sekolah saya masih batu persegi lima sehingga ada celah-celah tanah itulah pekerjaan kami untuk membuat halaman sekolah bersih sehingga saat ingin berfoto ria dengan patung kuda fotonya lebih estetik gitu, awalnya saya sangat bersemangat kerjanya lebih ringan tapi hati saya remuk beberapa bulan kemudian rumputnya tumbuh kembali dan yang membersihkan rumputnya tentu saja kuli gratis yang baru.

Dokpri
Dokpri
Potret setelah adanya patung kuda.

Banyak kenangan dan ilmu yang telah saya dapat di smantri bukan saja dalam sesi akademik bahkan dalam sesi perkulian juga ada. Tulisan artikel ini ada sedikit bagian yang saya tambahkan atau saya lebaykan agar pembaca lebih tertarik membacanya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun