Mohon tunggu...
YUCE ALPIOKTA
YUCE ALPIOKTA Mohon Tunggu... -

Guru SMKN I Nanga Pinoh Kab. Melawi Kalbar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menangkap Kebahagiaan...

26 September 2013   23:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:21 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan ini terinspirasi saat tadi pagi aku duduk dalam antrian panjang disebuah Bank didaerahku... Rutinitas pagi yang begitu sibuk menampakkan wajah-wajah lelah disekelilingku... kuperhatikan wajah tiga orang Teller Bank di depanku... CANTIK... dengan riasan make up sempurna diwajahnya...

Pikiranku berkelana kemasa 10 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2003. saat itu aku baru menyelesaikan studi S-1 ku. bersama mungkin jutaan sarjana lainnya, aku bahu membahu mencari pekerjaan. Walaupun berbekal ijazah Sarjana Pendidikan, tapi saat itu menjadi guru mungkin berada dalam daftar terakhir pilihanku. Iseng ku coba mendaftar disebuah Bank Pemerintah. setelah melewati berbagai tahap seleksi dan test, alhamdulillah aku berhasil lulus. Aku mulai bekerja. saat itu yang terbayang dipikiranku adalah betapa beruntungnya aku, dan betapa cerah masa depanku kelak....

tetapi tanpa ku sangka, sebuah nasehat dari orangtuaku telah menjungkirbalikkan anganku tentang masa depan... masih terngiang kata-kata mereka ..."Nak, saat ini engkau masih muda, engkau bahagia mengejar uang dan karir, tapi pikirkanlah.... ketika kelak engkau berkeluarga, engkau tak akan mampu membeli waktu dan kebahagiaan keluargamu dengan uang dan karir"

Yach... akhirnya setelah melewati proses istikharah dan renungan panjang, akhirnya aku memutuskan berhenti dari pekerjaanku di Bank tersebut. banyak orang menyayangkan keputusanku, tapi bagiku restu 100% dari orang tuaku adalah WAJIB. aku tak mampu melanjutkan pekerjaan tanpa dukungan dari mereka. sehingga saat kesempatan menjadi guru hadir dihadapanku, kuraih dengan tekad dan niat bahwa GURU adalah pilihanku.

kembali pada cerita antrian panjangku di bank pagi ini. kulirik sekilas seorang pegawai lainnya yang lewat dihadapanku. wahh... sepasang sepatu high heel dengan indah membalut kaki jenjangnya....  kalau dulu aku bekerja di Bank, pastilah aku akan berpenampilan "Gaya" seperti mereka... aku membayangkan kondisi sekolah tempatku mengajar... boro-boro memakai high heel, kalau hujan melanda, sepatu hitamku harus rela berkubang lumpur... hehehe..

aku hanya tersenyum dalam hati.... tanpa mengecilkan arti pekerjaan di bank, ataupun wanita pekerja lainnya.... Walaupun pekerjaanku tidak berpenampilan "Gaya" aku merasa sangat bahagia dengan pilihanku. MENJADI GURU. aku tak perlu bermake up dengan sangat sempurna kalau hanya ingin mendapat senyum ramah dari siswa-siswaku. cukuplah penampilan rapi dan sederhana. aku tak perlu memakai high heel, busana kerja keluaran desainer ternama, ataupun perawatan kecantikan yang mahal.

kalau dipikir-pikir, untuk apa seorang guru mesti memakai make up lengkap, maskara, blush on, eye shadow, eye liner, de el el... kalau toh akhirnya harus terhapus keringat saat mengajar dikelas. Ataupun memaksakan diri memakai high heel, sementara harus berkeliling kelas membimbing siswa belajar. apalagi untuk ukuran sekolahku yang berada di pedalaman, tanpa AC, tanpa Lift, ataupun fasilitas-fasilitas seperti sekolah elit diperkotaan.

sekali lagi, bukan bermaksud mengecilkan wanita-wanita pekerja lainnya. apapun pilihan setiap wanita, aku menyakini, bahwa semuanya berasal dari hasil pilihan dan pemikiran panjang. aku memilih menjadi GURU. aku bahagia dengan pilihanku. aku bahagia dengan setiap konsekuensi yang kuterima dari pilihanku. aku bahagia walaupun tak bisa bermake up sempurna. aku bahagia walaupun tak bisa berpakaian modis, bersepatu gaya. aku bahagia walaupun menghadapi berbagai karakter siswa yang usil, yang pendiam, cengeng, pemarah, dan banyak lagi.

yach.. akhir dari renungan panjangku, kulirik lagi wajah teller cantik dihadapanku. semoga ia juga bahagia dengan pilihannya. dan ku berharap siapapun kita semoga diberi kebahagiaan dalam segala pilihan  dalam hidup. MENANGKAP KEBAHAGIAAN dengan cara mencintai setiap detil kehidupan yang kita pilih, berusaha memberi yang terbaik semaksimal yang kita mampu... kurasa itulah kesimpulan akhir dari renungan panjangku hari ini...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun