Perbandingannya Nampak jelas bukan, jika menggunakan combine hanya perlu mengeluarkan budget 500 ribu bersih sedangkan jika mempekerjakan buruh perlu mengeluarkan budget lebih dari 700 ribu.
Maka tak heran jika para penebas dan masyarakat yang memiliki banyak sawah lebih memilih untuk menyewa combine harvester daripada mempekerjakan buruh.Â
Masyarakat Desa Jatikontal mulai menggunakan combine harvester sejak 3 tahun terakhir atau sejak 2019. Meski tidak semua petani menggunakan alat ini, tetap saja kehadiran combine harvester ini mengurangi job para buruh.Â
Biasanya, sawah yang tetap dipanen manual oleh tenaga buruh dikarenakan memang tidak dapat di panen menggunakan combine karena beberapa faktor, seperti letak sawah yang sulit dijangkau oleh combine ataupun kondisi tanaman yang ambruk sehingga tidak bisa di panen menggunakan combine, karena combine tidak bisa memotong tangkai pohon padi dengan kondisi ambruk.Â
Para buruh banyak mengeluh akan hadirnya combine, tapi mau bagaimana lagi kita harus tetap mengikuti perkembangan zaman. Dan perkembangan teknologi tidak dapat kita hentikan. Bisa jadi kedepannya semua proses pertanian menggunakan mesin dengan sedikit sekali tenaga manusia.Â
Maka kita para generasi muda harus mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi masa itu, supaya hal yang dialami para buruh saat ini yang mana job nya terenggut oleh mesin-mesin tidak kita alami kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H