Baca juga :Â Pandemi Bukanlah Halangan untuk Menebar Kebaikan
Maka dari itu rasulullah mengajarkan kita untuk selalu berhusnuzon kepada setiap makhluk hidup khususnya manusia, karena kita tidak mengetahui isi hati dari setiap mahkluk hidup.
Berdasarkan sabda diatas ada yang berpendapat, bahwa seharusnya orang yang berniat berbuat dosa tetapi belum melaksanakannya dicatat sebagai 1 dosa, karena keinginan melakukan sesuatu merupakan bagian dari pekerjaan hati.Â
Ada pula yang berpendapat tidak seperti itu, sebab orang yang mengurungkan berbuat dosa dan menghapus keinginannya untuk berbuat dosa dan menggantinya dengan keinginan lain yang baik. Dengan demikian dia diberi pahala 1 kebaikan.Â
Tersebut pada Hadits lain : Â ia meninggalkan niat jeleknya itu karena takut kepada-Ku
Hadits ini mempunyai kesamaan dengan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam : Setiap muslim punya shadaqah. Mereka (para sahabat) bertanya : Sekalipun dia tidak melakukannya?
Sabda beliau : Hendaklah dia mengurungkan niat jahatnya, maka hal itu menjadi sadaqah bagi dirinya. (riwayat Bukhari di Kitab Adab)
Baca juga : Ada 3 Cara Memberi untuk Menulis Kebaikan di Hati Penerima
Adapun orang yang meninggalkan niat jahatnya karena dipaksa atau tidak sanggup menjalankannya, maka tidaklah dicatat sebagai suatu kebaikan (yang mendapat pahala) dan tidak termasuk dalam pembicaraan Hadits ini.
Thabari berkata : Hadits ini membenarkan pendapat yang mengatakan : Pembatalan niat seseorang dalam melakukan kebaikan atau keburukan tetap dicatat oleh malaikat, asalkan dia menyadari apa yang diniatkan itu.Â
Ia membantah pendapat yang beranggapan bahwa malaikat hanya mencatat pembatalan.