Mohon tunggu...
Alpi AnwarPulungan
Alpi AnwarPulungan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa yang merantau ke Malang hanya karena membaca novel Apa pun Selain Hujan

Lahir di sebuah desa terpencil di Sumatra Utara, tepatnya di desa Sorimadingin Kabupaten Tapanuli Selatan. Saat ini tengah menempuh studi S1 pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, angkatan 2017 dan mengambil minat sastra. Dulu memiliki hobi memangkas rambut dan bermain sepak bola di perbatasan kampung di dekat sungai Angkola tetapi sekarang mulai menyukai film-film Bollywood dan menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kuliah di Malang tapi Tidak Pernah ke Bromo Adalah Sebuah Dosa Besar

20 Januari 2021   17:04 Diperbarui: 20 Januari 2021   17:07 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Universitas Brawijaya (Dokumentasi Pribadi)

Tujuh semester Kuliah di Malang tapi tidak pernah ke Bromo adalah sebuah dosa besar.  Dosa besar karena tidak mau menikmati dan mensyukuri ciptaan Tuhan.

Setidaknya ada tiga hal yang identik dengan Malang, yaitu Bromo, Arema, dan Jodipan. Dari ketiga hal tersebut saya hanya pernah ke Jodipan, itu juga karena terpaksa. Saya sangat menyesal tidak pernah ke Bromo apalagi ke puncak Mahameru dan menonton Arema di Kanjuruhan. Seharusnya ketiga hal itu hukumnya wajib bagi mahasiswa yang kuliah di Malang, terlebih perantau.

Saya adalah mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah putsal). Setiap hari kalau tidak di kampus ya di kos. Kecuali kalau sudah kesurupan, saya bisa olahraga di Taman Merjosari atau main futsal di Ongis Nade. Alhasil, saya tidak tahu banyak tempat, tidak tahu jalan-jalan pintas dan tidak punya pengalaman yang berkesan. Padahal saya sudah di pengujung masa kuliah. Awal Januari sudah Yudisium dan wisuda daring secepatnya. Jika saya selisik jauh ke belakang, ada banyak impian tidak tercapai. Begitu juga harapan yang tak sesuai kenyataan.

Saya ingat ketika pertama kali tiba di Malang saya langsung menulis "Jauh-Jauh dari Sumatera Tidak Mungkin jadi Sampah!" di dinding kamar. Berharap tulisan tersebut bisa mengingatkan saya ketika sudah mulai bosan dan akan menyerah. Saya punya banyak rencana selama kuliah di Malang. Salah satunya punya pacar tukang laundry agar dapat cucian gratis atau paling tidak diberi diskon. Dari sedikit pengalaman berkesan di Malang, saya punya beberapa kenangan yang tidak akan bisa saya lupakan.

#1 Makanan

Makanan adalah culture shock pertama yang saya alami di Malang. Saya pertama kali makan di warung pojok "Mak Mes". Saya memesan Telur Bali dan kaget dengan sambalnya yang begitu manis. Saya adalah tipe orang yang tidak bisa makan tanpa sambal yang pedas. Saya tak masalah satu hari tanpa media sosial tapi satu hari tanpa sambal saya tidak akan pernah bisa.

Pernah suatu kali teman kos menitip tahu telor. Saya dengan polosnya memesan tahu dan telor. Sesampainya di kos saya langsung dimarahi. Saya tidak tahu kalau yang dia maksud adalah tahu telor Malang. Saya pun hanya bisa tertawa dan menggantinya.

Saya bingung ketika ditanya "lombok'e piro mas'e?" Saya tidak tahu artinya. Saya hanya tahu kalau Lombok itu adalah nama kota. Tapi saya tahu artinya "piro" itu "berapa". Saya langsung teringat dengan wali songo yang artinya sembilan wali. Songo Bu, jawab saya enteng. Teman saya pun merasakan pedas yang membuat keringat bercucuran.

#2 Lupa Tempat Parkir

Kejadian ini terjadi di kampus. Saya ingat betul kalau saya parkir di MIPA. Saya mencari cukup lama hingga saya simpulkan kalau motor saya telah hilang. Saya menghubungi teman lalu bersama melapor kepada satpam kampus. Saya menunggu hingga hari mulai gelap. Saya akhirnya ditelpon satpam kalau motor saya ternyata diparkir di Teknik. Saya hanya bisa tertawa dan memukul-mukul jidat.

#3 Melamar Kerja

Saya pernah kerja di salah satu barbershop di Jl. Soekarno Hatta ketika semester tiga kuliah. Saya kerja agar sepulang dari kampus tidak hanya tidur dan menonton film. Saya ingat betul ketika dites saya disuruh mencukur rambut anak jalanan yang kebetulan lewat dan meminta model mohawk. Esok harinya saya dihubungi dan diberitahu kalau saya diterima kerja. Pembicaraan pun berlanjut pada sif kerja dan masalah gaji.

Malam harinya, ketika besoknya adalah hari pertama kerja, saya memutuskan resign. Saya kalah sebelum bertanding, saya menyerah sebelum berperang. Saya mengundurkan diri karena takut; takut gagal, takut mengecewakan, takut nggak bisa bagi waktu. Tapi sebenarnya itu hanya alasan semata. Sebenarnya mental saya belum siap untuk disuruh-suruh, hahahah.

#4 Menemukan Uang

Saya ingat kejadian ini terjadi di akhir-akhir bulan, ketika saya cuma makan sekali dalam satu hari. Ketika parkir, saya menemukan uang Rp 100 ribu tergeletak manja di samping motor lain. Saya tidak langsung mengambilnya. Saya mengamati sekitar. Saya takut kalau ini hanya kerjaan youtuber iseng yang sedang membuat konten untuk melihat kejujuran mahasiswa". Setelah berpikir cukup lama, saya pun mengambilnya lalu memberikannya ke petugas parkir. Dia hanya membalas saya dengan senyuman, senyuman yang tentunya sangat tulus. Saya pun berjalan menuju kelas dengan dipenuhi rasa penyesalan.

#5 Motor Ditarik Leasing

Kejadian ini betul-betul mengagetkan saya. Saya tidak menyangka kalau motor yang saya bawa dari Sumatera bisa ditarik di Malang. Saya tidak tahu bagaimana mereka mengetahuinya. Waktu itu saya hendak ke kampus. Tiba-tiba di tengah perjalanan saya dihadang dua orang pengendara motor. Salah satu dari mereka menyebut nama pemilik STNK motor saya.

Hari itu saya dibawa ke kantor dan tidak jadi kuliah. Saya dibawa ke daerah Singosari lewat jalan pintas dan masuk gang-gang sempit. Saya meraba-raba isi tas untuk jaga-jaga kalau ternyata mereka adalah begal. Sialnya isi tas saya hanya dua buku dan satu pulpen. Selama perjalanan saya hanya bisa terus was-was. Sesampainya di kantor saya disuruh menandatangani surat lalu motor saya pun dirantai. Saya pulang dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan apa pun.

Itulah beberapa pengalaman yang tidak bisa saya lupakan. Bagaimana denganmu??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun