Mohon tunggu...
Cokorda Agung Istri Wedawati
Cokorda Agung Istri Wedawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta

Saya merupakan penulis amatir yang menggemari fiksi tetapi akun ini digunakan untuk keperluan perkuliahan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Private Treaties" dan "Paid News" The Times of India, Inovasi atau Kontroversi?

16 Oktober 2022   22:45 Diperbarui: 16 Oktober 2022   22:54 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:  https://logos-download.com/

The Times of India (TOI) merupakan surat kabar berbahasa Inggris tertua di India juga merupakan surat kabar tertua kedua di India. Tak heran jika surat kabar ini menjadi surat kabar terbesar ketiga di India berdasarkan sirkulasi dan penjualan hariannya menurut Toronto Star.

Layaknya surat kabar tertua, sejarah TOI sangatlah panjang. TOI pertama kali terbit pada tanggal 3 November 1838 dengan nama The Bombay Times and Journal of Commerce sebelum akhirnya berganti menjadi The Times of India setelah melakukan merger dengan perusahaan rivalnya (Malhan, 2013).            

Selama perjalanannya, TOI mengalami banyak pergantian kepemilikan. Namun, yang tercatat hanya beberapa. Salah satu yang terkenal adalah saat TOI dimiliki oleh Ramkrishna Dalmia, seorang saudagar gula, pada tahun 1946. 

Sayangnya, pada tahun 1955, Komisi Penyelidikan India menemukan bahwa Dalmia melakukan penggelapan dana dan penipuan sehingga ia dipenjara selama dua tahun di Tihar Jail (Malhan, 2013).

Setelah itu, TOI kembali berpindah kepemilikan dan sempat berada di bawah naungan pemerintah. Sampai pada 1976, TOI kembali berada di tangan keluarga Jain hingga saat ini.

The Times of India mendapatkan berbagai penghargaan, contohnya di tahun 2019 TOI dinilai sebagai surat kabar berbahasa inggris paling terpercaya di India menurut Brand Trust Report India Study 2019. Walaupun begitu, TOI mendapatkan berbagai kritik dari masyarakat di dekade terakhir karena inovasi mereka.

Private treaties adalah inovasi The Times of India yang diluncurkan pada tahun 2005. Munculnya kebaruan ini mendapatkan sanjungan dan juga kritik dari masyarakat. Inovasi selanjutnya yang mendapatkan kritik dari masyarakat adalah paid news. Praktik dari paid news baru dijalankan pada tahun 2012. Lantas ada apa? Mengapa kedua inovasi ini menjadi kontroversial? Mari kita simak pembahasannya di bawah ini!

Apa itu Private Treaties?

Menurut Kamus Inggris Cambridge Business, "Private Treaty" adalah perjanjian hukum di mana tanah atau properti dijual langsung ke pembeli. TOI adalah salah satu yang mempunyai sistem ini. Pada sistem TOI, pengiklan membayar space dan jam tayang untuk iklan mereka (Sharma, 2013). 

Hal yang berbeda adalah mereka membayarnya tidak dengan uang melainkan properti seperti real estate atau pembayaran royalti. Perusahaan-perusahaan yang menjadi private treaties TOI akan tampil dengan format artikel baik di media cetak maupun media digital, disesuaikan dengan keinginan perusahaan. 

Menurut Moneylife di tahun 2010, The Times of India memiliki 119 perusahaan yang menjadi klien private treaties. Salah satunya adalah perusahaan Jaiprakash Infratech yang beberapa kali muncul di halaman depan website The Times of India.

Sumber: https://timesofindia.indiatimes.com/
Sumber: https://timesofindia.indiatimes.com/

Melalui sistem private treaties ini, TOI memiliki tanggung jawab dalam membangun merek, mempromosikan melalui iklan jangka panjang, dan penawaran publisitas lainnya. Oleh sebab itu, tak heran jika banyak perusahaan yang pendapatannya meroket setelah menjadi klien private treaties. Contohnya seperti, Shree Ganesh Jewellery mengalami peningkatan pendapatan 45% pada 23 April 2010 menurut Moneylife.

Mengapa sistem Private Treaties TOI kontroversial?

 Walaupun mendatangkan berbagai keuntungan bagi kedua belah pihak dalam private treaties, nampaknya masyarakat tidak begitu menyukai sistem ini. Puncaknya adalah saat muncul artikel yang dengan terang-terangan mengkritik sistem private treaties milik TOI ini. 

Menurut artikel yang ditulis oleh D'Rozario, pada kasus jatuhnya lift di sebuah apartemen mewah tingkat 19 menewaskan dua pekerja dan tujuh lainnya luka-luka pada tahun 2008, semua media pemberitaan dengan gamblang menulis perusahaan konstruksi gedung tersebut kecuali TOI (D'Rozario, 2008). 

Ini memperjelas bahwa perusahaan konstruksi tersebut yakni Sobha Developers adalah klien private treaties. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa TOI bertanggung jawab dalam membangun merk dari klien private treaties mereka, sehingga pemberitaan dari TOI seperti menutup-nutupi fakta. 

Sayangnya berita tersebut sengaja tidak dipublikasikan di website resmi TOI.

D'Rozario juga menulis, bahwa banyak perusahaan lain yang mengadopsi sistem private treaties TOI. Ini dikhawatirkan akan mempengaruhi jurnalisme di masa depan, dimana masyarakat tidak akan mendapatkan berita buruk dari banyak perusahaan dan hanya mendapatkan berita 'promosi' di surat kabar.

Walaupun mendapatkan kritik keras, TOI tetap menjalankan praktik private treaties sampai saat ini bahkan meluncurkan kembali inovasi baru mereka yaitu paid news.

Apa Itu Paid News?

Menurut Sharma, "paid news" dalam media India adalah berita atau analisis yang muncul di surat kabar cetak maupun digital yang dibayar dengan uang ataupun barang sebagai pertimbangan (Sharma, 2013). 

Singkatnya adalah seseorang atau sekelompok dapat membayar sebuah artikel untuk tayang di media berita, mereka dapat menyewa jurnalis untuk menulis apapun yang diinginkan. Perbedaannya dengan private treaties adalah paid news hanya dalam jangka pendek dan hanya membayar sesuai dengan jumlah artikel yang diinginkan, sedangkan private treaties adalah kontrak jangka panjang dimana terdapat tujuan untuk membangun merek.

TOI menerapkan praktik ini sejak tahun 2012 yang diawali dengan berita di media cetak kemudian berpindah ke surat kabar digital. Ide dari paid news ini berawal dari tahun 2003 dimana saat itu TOI merasa bahwa audiens sudah bosan dengan berita seputar permasalahan politik atau ekonomi di India, sehingga ingin menyorot juga topik gaya hidup, fashion, dan entertainment. 

Selebriti atau public figure dapat membayar jurnalis untuk menayangkan berita tentang mereka. Namun semakin maraknya sistem paid news ini, tak jarang TOI juga menyediakan jasa paid news bagi tokoh-tokoh politik. Paid news begitu digandrungi oleh mereka yang berkepentingan apalagi disaat pemilu (Sharma, 2013).

Dahulu paid news ini hanya sebatas artikel di media cetak berupa teks atau foto, kini format dari paid news bisa berupa video atau audio dan teks sesuai dengan permintaan klien.

Sumber: https://timesofindia.indiatimes.com/
Sumber: https://timesofindia.indiatimes.com/

Mengapa sistem Paid News TOI Menjadi Kontroversial?

Jika melihat dari segi bisnis, paid news termasuk menguntungkan kedua belah pihak. Hal ini juga berguna untuk selebriti, brand, ataupun organisasi untuk mendapatkan recognition dari publik. 

Namun, sayangnya masyarakat justru tidak begitu menyukai sistem paid news apalagi banyaknya perusahaan media lain yang juga mempunyai praktik yang sama.

Sistem paid news TOI mendapatkan kritik dari salah satu artikel di website Opindia. Artikel tersebut menyebutkan bahwa pada tanggal 28 April 2021, TOI menerbitkan sebuah artikel advertising di media cetak mereka mengenai propaganda anti-Modi yakni propaganda yang tidak mendukung perdana menteri India, Narendra Modi.

Sumber: https://www.opindia.com/
Sumber: https://www.opindia.com/

Tak hanya berada di media cetak, menurut Opindia, TOI juga sempat meloloskan berita advertising yang menentang pemerintahan Narendra Modi dengan membahas penanganan Covid-19 di India tanggal 1 Mei 2021. 

Seperti pada media cetak, berita tersebut tidak memiliki label advertising atau sejenisnya, sehingga membuat masyarakat melayangkan kritik keras. Melihat hal ini pihak TOI menghapus artikel tersebut dari website resminya.

Sumber: https://www.opindia.com/
Sumber: https://www.opindia.com/

Dilansir dari Opindia, paid news mengaburkan batas antara berita sesungguhnya dengan berita iklan. Hal ini semakin susah dibedakan dalam bentuk digitalnya. Ini dikarenakan baik cetak maupun digital, TOI sengaja tidak memberikan label advertisement pada artikel paid news. 

Sumber: https://timesofindia.indiatimes.com/
Sumber: https://timesofindia.indiatimes.com/

Selain itu, ditemukan bahwa terdapat perbedaan font yang digunakan jika artikel tersebut adalah hasil paid news di format cetak. Namun, pada format digital akan lebih sulit karena tidak ada perbedaan font. 

Dampaknya adalah menimbulkan ketidakpercayaan di masyarakat saat membaca artikel, apakah yang mereka baca artikel sungguhan atau iklan.

Walaupun mendapatkan berbagai macam kritik mengenai sistem private treaties dan paid news, The Times of India tetap menjalankan kedua praktik ini hingga sekarang.

Daftar Pustaka

 D'Rozario, C. (2008, Juni 17). How private treaties influence reporting. Retrieved from Media Bussines: http://asu.thehoot.org/story_popup/how-private-treaties-influence-reporting-31 74

Malhan, S. P. (2013). The TOI Story. India: HarperCollins.

Sharma, A. (2013). IN NEED OF A LEVESON? JOURNALISM IN INDIA IN TIMES OF PAID NEWS AND PRIVATE TREATIS. Oxford: University of Oxford.

Staff, O. (2021, Mei 21). Times of India passes off an anti-Modi paid article as a news item, removes the story when called out: Details. Retrieved from OpIndia: https://www.opindia.com/2021/05/times-of-india-anti-modi-paid-article-as-ne ws-item-removes-the-wire-full-details/

Team, M. D. (2010, April 23). Times Group's private treaties housed under a new game. Retrieved from Moneylife: https://www.moneylife.in/article/times-groups-private-treaties-housed-under-a -new-name/4970.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun