Mohon tunggu...
Alpha Widyatmoko
Alpha Widyatmoko Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Anak Muda yang hidup suka-suka,karena bagi saya, tua itu pasti, tapi dewasa itu fakultatif\r\nMati itu pasti, tapi hidup itu pilihan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

#2. Whether There Would Be Another Meeting?

13 Mei 2013   05:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:40 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jantungku berdegup kencang, kilau cahaya lampu yang menerangi ruangan ini terasa sangat silau di mataku. Dentuman suara musik terdengar begitu keras ditelingaku. Tetesan keringat bercucuran didahiku. Ternyata seperti ini sensasinya. Perasaan gelisah, cemas, dan ketakutan mulai datang menyelimutiku seketika setelah efek slow motion dari barang ajaib itu perlahan mulai menghilang.

Sudah 3 hari aku pulang kerumah dengan kesadaran dibawah 50 persen. Perpisahanku dengan Nora 6 bulan yang lalu membuat hidupku semakin hancur berantakan. Aku seolah lupa akan cita-citaku dan tidak peduli dengan semua usahaku yang telah aku lakukan untuk menggapai cita-citaku. Cita-citaku untuk dapat hidup dikelilingi kemewahan dengan usahaku sendiri sebelum aku berumur 30 tahun sudah tak lagi kupedulikan. Yang ada dipikiranku hanyalah mengakhiri hidupku saat ini juga.

“Mas Nino, bangun mas… udah 3 hari kamu ga masuk kerja. Mau sampe kapan mas kayak gini terus?” kicauan Diana pagi itu mengusik dunia mimpiku seketika dan membawaku kembali ke dunia nyata.

“Mas udah ngambil cuti seminggu Dee... udah ah sana, mas mau tidur lagi.”

“Gausah bohong deh mas sama adek sendiri, kemaren Mas Adit kesini nanyain mas yang udah 3 hari ga masuk tanpa kabar.” cetus Diana sambil membuka kerai dan jendela kamarku. Aku pun menyerah dan kupaksa diriku untuk bangun dan berjalan ke dapur untuk membuat kopi.

Sesampainya di dapur, aku terkejut seketika setelah mataku menemukan sesosok makhluk seksi dengan rambut yang terkuncir keatas hingga memperlihatkan batang lehernya yang mulus. Balutan piyama biru muda semakin menonjolkan kesan seksi yang dimiliki gadis yang sedang menyedu kopi itu. Menyadari kehadiranku, gadis itu menyapaku

“Lho, mas Nino baru bangun? Oh iya, kenalin mas, aku Natasha temen sekampusnya Diana. Semalem kita ngerjain tugas sampe malem banget jadi aku sekalian nginep disini, gapapa kan mas?”

“oh iya gapapa kok… santai aja.” jawabku singkat sambil berlalu.

Setelah setengah tahun berpisah dengan Nora, hatiku bagaikan es batu yang sudah terlalu lama disimpan di dalam freezer. Ada beberapa wanita yang datang menghampiriku, tetapi kubiarkan begitu saja karena memang aku belum bisa melupakan sosok Nora yang sudah mengisi hidupku selama 4 tahun. Namun percakapan singkat pagi tadi dengan Natasha sedikit mengusik konsentrasiku di tengah-tengah kesibukkan pekerjaanku hari ini.

Tidak seperti biasanya, kali ini sepulang kerja aku langsung bergegas pulang kerumah dengan harapan dapat bertemu kembali dengan Natasha. Tetapi rupanya hanya ada Diana seorang di rumah. Natasha baru saja pulang setelah menyelesaikan tugas kuliahnya bersama Diana.

“Tumben mas pulang kerja langsung kerumah? Ga keluyuran dulu?” Tanya Diana yang sedang menonton TV sambil asik memainkan gadgetnya. Adikku yang satu ini memang sangat mengetahui kebiasaanku.

“Iya lagi males kelayapan nih Dee... Eh iya tadi pagi pagi kok ga ngomong kalo ada temen kamu yang nginep disini Dee?”

“oh, mas sempet ketemu si Sasha tadi pagi?”

“iya tadi pagi ketemu bentar pas dia lagi ngebuat kopi”

“Terus gimana mas? Cantik kan si Sasha?” Tanya Diana sambil tersenyum menggodaku.

“Yah lumayan lah… dia temen deket kamu?”

“Enggak kok, baru semester ini aku ketemu sama dia di kelas AKM. Terus kebetulan dapet tugas kelompok bareng dia gitu. Kenapa mas?”

“Ooh.. Kamu punya pin BB nya ga? Minta dong Dee…” pintaku sambil mencoba merayu Diana. Lebih dari 5 tahun tidak berkenalan dengan wanita lain rupanya telah membuat aku lupa caranya mengajak kenalan atau sekedar meminta pin BB wanita secara langsung.

“Minta sendiri lah… udah tua masa ga berani minta langsung ke orangnya? Malu dong jadi cowok… hahaha”

Akhirnya kudapatkan juga pin BB Sasha setelah aku berhasil merayu adikku dengan memberinya iming-iming 2 tiket ke bali untuk liburan semesternya besok. Kini senjata untuk berperang sudah kumiliki, sekarang saatnya mempersiapkan mental untuk terjun ke medan perang pikirku seketika.

“Eh, tapi kalo mau ngedapetin dia, "siap-siap" ya mas, yang ngantri dia udah banyak soalnya… hahaha” cetus Diana sambil menertawakanku.

lanjutan dari:  http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2013/04/28/-1-tell-me-why-you-leave-me-555198.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun