Mohon tunggu...
Alpen Mario Albertus Sitorus
Alpen Mario Albertus Sitorus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - 5553220036

Saya merupakan mahasiswa semester 5 jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bonus Demografi : Peluang Emas Untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

2 November 2024   20:17 Diperbarui: 2 November 2024   21:49 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia saat ini berada di tengah-tengah periode penting yang dikenal sebagai "bonus demografi”. Bonus demografi menurut BPS merujuk pada peningkatan jumlah individu usia produktif (15-64 tahun) dibandingkan dengan jumlah individu usia non-produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) dalam jangka waktu tertentu. Menurut BPS Indonesia sampai dengan Juni 2023 Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 281 juta jiwa yang menjadikannya negara keempat yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah India yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1,44 miliar jiwa penduduk, China sebanyak 1,43 miliar jiwa penduduk, dan Amerika Serikat sebanyak 341 juta jiwa penduduk. Di tahun 2023  sekitar 69,3% dari total populasi penduduk Indonesia merupakan usia produktif.

Di sisi lain Indonesia pada tahun 2023 lalu masuk dalam 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, dengan Amerika di posisi pertama lalu ada China di posisi kedua dan diposisi ketiga ada Jerman. Dari 2 negara dengan ekonomi terbesar di Dunia, Amerika Serikat dan China juga masuk dalam negara yang memiliki populasi penduduk terbanyak di dunia. Hal ini menandakan dengan adanya jumlah penduduk yang banyak terlebih dalam usia yang produktif  dapat  membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun bonus demografi ini seperti pisau bermata dua, yang memiliki dampak positif dan negative. Jika pemerintah tidak dapat mengelola sumber daya manusia nya dan tidak dapat meciptakan banyak lapangan pekerjaan untuk penduduk usia produktif maka akan banyak terjadinya penganguran dan menyebabkan perekonomian menjadi turun. Namun sebaliknya, jika pemerintah dapat mengelola sumber daya manusia nya dan meciptakan banyak lapangan pekerjaan maka akan menyebabkan perekonomian menjadi meningkat.

Untuk memanfaatkan bonus demogarafi ini, meningkatkan human capital atau modal manusia menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah. Menurut BPS Indonesia, IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia pada tahun 2022 berada diangka 0,71. Diantara negara ASEAN lainnya Indonesia berada di peringkat 6 dibawah peringkat Singapura 0,95, Brunei Darussalam 0,82, Malaysia 0,81, dan Vietnam 0,73. Nilai Indonesia masih rendah pada bidang inovasi, teknologi, dan efisiensi pasar tenaga kerja. Selain itu, produktifitas Indonesia juga terbilang rendah. Indonesia berada pada peringkat kelima dengan tingkat produktivitas $14/jam kerja dibawah Singapura dengan Tingkat produktivitas sebesar 74/jam kerja, Brunei Darussalam sebesar 49/jam kerja, Malaysia sebesar 26/jam kerja dan Thailand sebesar 15/jam kerja. Hal ini dikarenakan ketrampilan yang belum memadai dan kurangnya dukungan infrastruktur. Padahal, produktifitas sendiri sangat berpengaruh pada angka IPM.

Untuk meningkatkan modal manusia, pemerintah harus meningkatkan Tingkat Pendidikan dan kesehatan masyarakat nya itu sendiri. Dari tingkat pendidikan pemerintah dapat membuka tempat-tempat pendidikan, tempat-tempat pelatihan untuk dapat meningkatkan skill individu penduduknya. Selain membuka tempat pendidikan, perlu adanya sinkronisasi antara dunia pendidikan dan duina industri agar setelah lulus dari pendidikan dapat langsung bekerja. Dari sisi Kesehatan pemerintah harus memastikan tersedianya rumah sakit, puskesmas, dan tempat Kesehatan lainnya dengan harga yang terjangkau agar pada saat masyarakat usia produktif yang sedang bekerja terkena penyakit bisa segera sembuh dan dapat produktif lagi. Pemerintah juga harus memastikan gizi dan nutrisi anak-anak yang sedang dalam jenjang Pendidikan dapat terpenuhi agar mereka siap untuk menerima pelajaran, punya harapan mengikuti pembelajaran yang baik di kelas, dan mampu memasuki dunia kerja sebagai individu yang sehat, terampil, dan produktif. Peran teknologi juga harus diperhatikan dan dikolaborasikan pada setiap aspek agar produktifitas penduduk usia produktif dapat meningkat.

Kesimpulannya Bonus demografi adalah peluang yang sangat besar bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Namun, untuk memanfaatkannya secara optimal, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dengan mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh bonus demografi, Indonesia bisa bergerak menuju era kemakmuran yang lebih besar di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun