Pertengahan Februari, Â Liga Champion Eropa bersiap menggelar babak 16-besarnya. Atalanta, berdasarkan undian, harus bertemu dengan Valencia, sebuah klub yang cukup elit dan berbasis di pesisir timur Spanyol.Â
Pertemuan pertama digelar dengan Atalanta bertindak sebagai tuan rumah lebih dulu. Penyelenggara menetapkan waktu: 19 februari 2020, sekitar pukul 22.00 malam waktu Milan.
Malam itu, sepanjang laga, San Siro bergemuruh. Orang-orang berteriak dan berjingkrak, mereka bersorak-sorai kegirangan, demi merayakan kemengangan bersejarah klubnya, mereka saling berpelukan dan bersalaman satu sama lain, dengan jarak di antara mereka tak lebih dari lima sentimeter.Â
Memasuki menit ke-62, Atalanta telah unggul 4-0 dan membenamkan lawannya ke dasar neraka. Valencia hanya sempat membalas satu gol 24 menit jelang bubaran. Gol itu sama sekali tak mengangkat para pemain Valencia dari keterpurukan. Mereka pulang membawa rasa trauma.
Tiga pekan kemudian, pada leg kedua di Estadio de Mestalla, Valencia kembali dihajar Atalanta dengan skor 3-4. Tapi dengan stadion yang kosong tanpa penonton.
Empat hari setelah pesta kemenangan leg pertama di San Siro itu, orang-orang baru menyadari, ada 221 orang di Italia, khususnya bagian utara, telah terjangkit satu virus jenis baru dari Tiongkok, yakni Covid-19.
Terlambat.
Selang 5 hari kemudian, tanggal 29/02, angka itu tiba-tiba melonjak menjadi 1.049 penderita, dan 4 hari berikutnya, naik dua kali lipat lebih, yakni 2.706 penderita.Â
Penyebaran virus itu amat cepat dan menghentak publik Italia. Kebijakan isolasi lantas diberlakukan, dan para supporter Atalanta dilarang ikut timnya ke pertandingan leg kedua di Spanyol.
Sebulan kemudian, bayangan orang-orang tentang malam yang bergairah di San Siro itu berubah: San Siro tidak hanya menjadi neraka bagi Valancia, tapi juga kubangan api bagi lebih dari empat puluh ribu orang-orang Bergamo, dan itu artinya, hanya mengunggu waktu akan menjadi neraka juga bagi Italia dan juga Spanyol secara keseluruhan.Â
Di seluruh Eropa, hingga selasa 31/03, dua puluh enam ribu jiwa telah melayang karena virus itu. Italia menjadi negara yang paling tinggi angka kematiannya, yakni 11.591 jiwa, menyusul Spanyol dengan 7.716 jiwa.