Biarlah ceritaku tereja sebagai sajak sunyi, Nimas
walau merujuk kesiaan usia
masih angin waktu ku-lirik hampa lirih
agar pandangmu menemu sirnaku
pada retak-retak filantropi di tanah jiwa sang pemuisi
dan semoga tiada sesak ruang paru-mu
terlebih iba, hingga mampu menggenang air mata.
Â
Kemari, dan saksikanlah katastrofa dari sebingkai prolog senja
yang telah mengikat naskah gelebah kita
di mana suara diksi tumbuh bagai Mawar liar