Gadisku
kau termenung, tersenyum manja
menikmati aroma hitam putih suasana
di sekitaran, dalam kesendirian
memaknai waktu dari sketsa udara
menjajaki rindu kekasih
dan pandang matamu berkaca
murni napasmu terlelap
dalam pelukan kama yang diharap
Â
Kau, Gadisku
Alangkah santun jawab sikap lembutmu
walau alam seakan acuh
cakrawala tiada teduh
namun sentuhan ayat-ayat rahsamu
membuat segala yang hidup bergemuruh
segala lidah yang berkalam, terenyuh
terlebih, jeritan quantum akal insan, runtuh
Â
Bukanlah puisi
jika hitam adalah putih (sebaliknya)
pastilah kama adalah rindu
dengan kebijaksanaan
juga kesederhanaan
dalam ke-ayuan bahasa wajahmu
terangkai di setiap waktu yang hidup
pada sketsa jiwa-jiwa redup
di atas bangsal kayu
di taman asmaralaya
Gadisku menikmati nyanyian rahsa
seutuh kalbu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H