Mohon tunggu...
Alpaprana
Alpaprana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Jika arwah sang penyair, dan setumpuk kesedihan pecinta sastra mengalir di urat nadi, maka ijinkanlah aku mencumbui setiap mata yang membaca rangkaian kalam rahsa alpaprana (aksara biasa), sampai terbenamnya bahasa penaku di keabadian sulbi makhluk berkulit tanah, sebelum tiupan sangkakala memanggil, menyentuh udara kiamat, hingga membangunkan seisi jagad raya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ranting-ranting Kertas

10 Juli 2016   09:32 Diperbarui: 10 Juli 2016   10:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tertanam di setanah hampa

yang ada hanya sisa dedaunan kering

dedahanan rapuh

dan akar sepohon kayu yang beranjak mati

 

Sungguh sebentuk romansa yang patut disyukuri

layaknya bukan asmara dengan kesedihan

sebab ada napas yang menghidupi--

mentari kembali dari langit pagi

menebar kelembutan arah angin

yang mengusai tiap-tiap celah

membawa kabar kesejukan

mengikat putih awan

menggantung kebahagiaan dalam batin kedustaan

 

Maka, takjublah ;

Tatap-ku di denyut keterasingan jiwa

ketika segala mimpi cinta tlah luruh

hancur diterpa semusim keegoisan dunia

hanya tertinggal ranting-ranting kertas

yang tertulis kenangan senama kekasih

dengan aroma kerinduan

dan sayatan luka yang teramat pedih

 

Bisakah mereka mendengar?

Ritme tulang-tulangku yang retak kaku

kala suara ampunan tangisku tak berbalas?

 

Ranting-ranting kertas

tetaplah berada di sepohon kering puisiku

sebab, segetir apapun kisah perjalanan manusia

janganlah menuju keputusasaan

sebab inilah hidup

walau bukan keadilan bagiku

namun keadilan bagi siapapun penikmat cinta

juga mereka yang membangun sucinya pelaminan--

(dengan murka sang Pencipta).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun