Kaki-kaki sang pagi
berjalan menutup gelap lalu
untuk menjajaki asa
di tanah waktu
Â
dan abstrak sejuk udara
menyapa jendela jiwa tak berwarna
yang merdu merintih sendiri
mencari arti cinta pada mimpi
Â
Pandangku hambar matahari
bersandar birai ilusi
memuisikan cahaya yang terbias
melupa bayang kelukaan
hingga rinduku tersenyum
menitis ke dalam kertas buku yang berlipat
di antara makna usai dan sebelum
Â
Sedang pagi masih sendiri
dengan menghela sejuk udara
tanpa usia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H