Mata penaku masih mencari
setitik tinta cinta yang tersisa
di kenihilan udara yang bergoyang
dalam ruang kebenaran insan
dari birai yang telah runtuh
aksaraku menyusun kata
menjelma daun puisi
hingga layu
jatuh ke labirin enigma
cipta kerumitan dilema
Â
Seutuh pandang rahsaku
nampaklah pepohonan mengering
sebab dahan beranting yang sederhana
tlah dirampas keegoisan dunia
hanya menyisa kerinduan semata
sekedar penenang akar jiwa
Â
Wahai daun-daun puisiku
terbanglah menghenti waktu
melewati air di antara tanah
melalui udara di ujung langit
walau layu seutuh kalbu
sampaikanlah rinduku kepada ia (kekasih)
sebagai pesan cinta
dariku, aksara biasa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI