Langit bertaruh dengan warna gelapnya
menjajaki semilir angin malam dalam sepijar lentera sukma
rerumputan menunduk
dedaunan meringkuk
hening bertasbih atas hikmah takdir yang buruk
insanpun tersengal napasnya, tanda jengah terpuruk
Â
Seluruh bait-bait lara dipahat syair yang terasingkan
luruh semburat rembulan bertumpu jari-jari sang malam
tarian binar gemintang mencibir kebohongan rahsa
nyanyian kerinduan cinta hanya kesiaan belaka,
bila kisah asmara tiada pernah dituliskan nyata
Â
Malam dekapku
bening embun masihlah tertidur
bersenggama dicumbu mimpi yang tlah hancur
esok kan hilang ditelan keping-keping air mata
wajah riang hari mengambang ke arah gelap dunia
menemukan kekalahan tanpa bisa melawan
lenyap tak bersua sudah
terkenang kisah dibungkus luka berdarah
cipta isntrumentalia keterasingan
rahsa hidupku kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H