Menanggapi Panggilan di Seminari Menengah Mertoyudan

Menanggapi panggilan di Seminari Menengah Mertoyudan memang unexpectable. Kebebasannya berkurang, banyak tuntutan, capek, dan berbagai hal lainnya. Tapi semua itu jika dijalani akan sesuatu yang menyenangkan dan menjadi sesuatu yang biasa. Pada saat masa karantina 40 hari memang rasanya berat, tidak boleh keluar seminari (ambulasi), tidak ada komunikasi dengan orang tua, tidak ada komputer, dan seperti terkurung di penjara. 

Pada saat selesai masa karantina yang ditandai dengan Hari Orang Tua (HOT) semuanya jadi berbeda. Kami bisa komunikasi dengan orang tua, bisa komputeran, dan  bisa keluar seminari seminggu sekali (ambulasi). Rasanya bebas dan bersyukur. Setelah semua hal itu, kami bisa menjalani hari hari kita dengan gembira dan dengan sukacita. Lulusan dan para Romo pun pernah begitu, merasa capek. stress, dan desolasi. Tetapi mereka berusaha mencari makna di segala hal dan mereka menjadi lulusan Seminari yang hebat. Seperti Kardinal, Para Uskup, dan Romo-romo yang terkenal.

Disini juga ada Kurikulum Seminari, yang membuat sekolah ini berbeda dengan sekolah yang lain. Maka di sekolah ini dimulai dari Kelas Persiapan Pertama (KPP). Setelah itu baru menjalani Kurikulum Negara dengan diiringi Kurikulum Seminari. Setelah KPP, kami para seminaris baru dan naik ke kelas X SMA. Seminari ada bagi orang yang berani dan yang kuat. Jika kamu berani dan kuat lalu ingin lebih kuat, mandiri, jujur, tanggung jawab, disiplin, serta ingin melayani Tuhan dan sesama. Bergabunglah ke kami, daftarlah ke kami. Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan. Come and Join Us! Be a Seminarian