Mohon tunggu...
Aloysia Krisnawatie
Aloysia Krisnawatie Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Dosen Desain Interior

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Analisis Proxemic pada Kedai Bakmi di Teras Rumah

23 November 2023   21:26 Diperbarui: 24 November 2023   08:19 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah makan merupakan salah satu ruang publik yang banyak digunakan masyarakat untuk bersosialisasi. Selain sebagai tempat untuk makan, rumah makan juga menjadi tempat untuk melepas penat sesaat seusai bekerja atau kegiatan sehari-hari lainnya. Pilihan menu yang 'tidak biasa' menjadi sasaran para pengunjung. Mulai dari pelajar hingga orang dewasa. Selain menu yang menarik, tempat yang nyaman juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan. Kebutuhan tempat ini memperhitungkan adanya kebutuhan manusia ketika berinteraksi dan melakukan kegiatan di dalamnya.

Memanfaatkan fungsi teras pada rumah tinggal sebagai rumah makan bukanlah hal yang mudah, mengingat layout teras rumah tidak selalu besar dan bahkan terbatas namun kebutuhan kenyamanan pengunjung di tampat makan harus tetap terpenuhi. Keterbatasan ruang dan fasilitas ini juga dapat mengganggu kenyamanan pengunjung yang makan ketika rumah makan sedang ramai. Namun yang terjadi saat ini, meskipun penataannya terbatas karena penempatan yang terdapat di teras rumah, rumah makan tersebut dapat menjadi pilihan utama pembeli walaupun situasi berdesakan sekalipun. Contoh kasus yang diangkat oleh penulis kali ini adalah kedai Bakmi Papi yang berlokasi di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Gresik dan juga kedai Cahaya Timur Bakmi dan Kopi yang berlokasi di Jl. Tenggilis Barat, Surabaya. Kedua eksisting ini memanfaatkan teras rumah menjadi tempat makan.

Cahaya Timur Bakmi dan Kopi (Sumber: Ito Wahju, 2023)
Cahaya Timur Bakmi dan Kopi (Sumber: Ito Wahju, 2023)

Pada lokasi tempat makan ini menunjukkan adanya fasilitas duduk yang tidak banyak. Meskipun demikian keberadaanya sangat ramai oleh pengujung. Pengunjungnya kebanyakan adalah anak muda dari berbagai kalangan yang juga memanfaatkan tempat makan tersebut sebagai tempat untuk makan sekaligus berosialisasi. Dalam bersosialisasi manusia juga menggunakan kemampuan non-verbal dalam berkomunikasi. Faktor ini juga menjadikan manusia membutuhkan jarak antar personal untuk menyampaikan pesan-pesan ketika berkomunikasi. Sedangkan kebutuhan personal dalam fasilitas tempat makan yang menggunakan teras rumah secara tidak langsung memaksa pengunjungnya untuk memanfaatkan ruang antar personal yang terbatas ketika berinteraksi. 

Berkaitan dengan proxemic, interpersonal distance ketika sedang berinteraksi memberikan berbagai respon terhadap orang lain serta berkaitan dengan berbagai konteks, baik kaitannya dengan kepribadian setiap individu, status sosial, budaya, dan juga masalah yang dihadapi. Manusia sebagai pengguna utama dalam sebuah ruangan perlu adanya perencanaan yang baik dalam pengaturan ruangnya. Kenyamanan menjadi salah satu faktor yang penting dalam rumah makan. Terutama saat penggunanya sedang berinteraksi sembari menikmati makanan yang disajikan. Manusia sebagai pengunjung adalah makhluk sosial yang juga memerlukan privacy meskipun ketika berada di area publik, untuk itu jarak antar personal perlu diperhatikan dalam penataan layoutnya.

Personal space berpusat pada fisik seseorang dengan radius tertentu yang merupakan wilayah privacy dan tergantung pada interaksi fisik antar individu serta situasi dan kondisi tertentu. Edward Hall menjelaskan bahwa ruang antar personal (interpersonal space) ini mendeskripsikan tentang proses seseorang saat menerima, menafsirkan, dan menggunakan ruang antar personal dan tentang pengaruhnya terhadap interaksi dan komunikasi dengan orang lain di sekitarnya (Marquardt dan Greenberg, 2012). Perbedaan sikap antar personal dipengaruhi jaraknya dan kondisi sekitarnya. Hall menghubungkan antara jarak fisik dengan jarak sosial dan membaginya menjadi empat zona proxemic, yaitu intimate(0-50 cm), personal(50-100 cm), social(1-4 m), dan public(>4 m).

Teori proxemic Edward Hall (Sumber : Marquardt dan Greenberg, 2012)
Teori proxemic Edward Hall (Sumber : Marquardt dan Greenberg, 2012)

Pada kedai Bakmie Papi, aspek interpersonal distance kurang diperhatikan, sehingga dapat menimbulkan adanya jarak yang berdekatan antara pengunjung yang tidak saling kenal. Antran pengunjung memesan makanan juga dapat menimbulkan gangguan bagi pengunjung yang sedang duduk atau makan. Kemudian gestur pelayan ketika membawa makanan pesanan dalam nampan atau ketika menghidangkan makanan menjadi pertimbangan pada jarak antar personalnya. Sedangkan pada kedai Cahaya Timur Bakmi dan Kopi masih memiliki jarak antar meja, namun jarak pada bagian konter pesan makanan dengan tempat duduk terlalu dekat sehingga pengunjung yang sedang mengantre pesan makanan dapat mengganggu pengunjung yang sedang makan. Keterbatasan ruang yang tersedia secara tidak langsung memaksakan orang-orang yang tidak saling mengenal untuk bersenggolan dan bahkan memungkinkan untuk duduk bersama. Hal ini dapat mengganggu jarak antar personal dan privacy dalam berkomunikasi sehingga apa yang disebut interpersonal bubble space oleh Hall menjadi berubah. Penataan ruang yang tepat menjadi hal yang penting pada sebuah rumah makan untuk menjamin privacy antar pengunjung yang satu dengan yang lainnya.

Antrean pembeli Bakmie Papi (Sumber: Dokumentasi Ridwan Adi, 2022)
Antrean pembeli Bakmie Papi (Sumber: Dokumentasi Ridwan Adi, 2022)

Antrean Pembeli Cahaya Timur Bakmi dan Kopi (Sumber: Dokumentasi Valya Ika, 2023)
Antrean Pembeli Cahaya Timur Bakmi dan Kopi (Sumber: Dokumentasi Valya Ika, 2023)

Kebutuhan personal dibedakan menjadi sosiofugal dan sosiopetal. Dalam bukunya, Bryan Lawson menjelaskan, ruang sosiofugal adalah penataan ruang yang membuat penggunanya terpisah dan tidak saling berkomunikasi. Sedangkan ruang sosiopetal adalah penataan ruang yang membuat penggunanya untuk berkumpul, bertatap muka dan berkomunikasi. Pada kedua kedai, setiap meja yang disediakan memberikan ruang sosiopetal publik untuk berkumpul. Pengunjung yang datang tidak hanya bersama kerabat, namun juga memungkinkan adanya pengunjung yang datang sendirian. Sedangkan meja yang tersedia bisa jadi masih ada kursi kosong, namun pengunjung yang tidak dapat meja akan lebih tidak memilih kursi kosong tersebut demi menjaga privacy. Selain itu, keberadaan pengunjung dalam rumah makan yang penuh ini, menunjukkan tidak adanya perbedaan status sosial, karena penggunanya bisa duduk dimana saja tanpa ada jarak. Dalam hal ini, kebutuhan kenyamanan ergonomi pengunjung juga menjadi bagian yang perlu diperhatikan.

Ruang personal menjadi hal yang penting dalam sebuah interaksi. Makin besar jarak yang diberikan, makin banyak interaksi antar individunya. Sedangkan makin kecil jarak yang diberikan, makin sedikit individu yang berinteraksi. Dalam perkembangannya, rumah makan ini diperbesar. Ruang yang diberikan semakin besar, mendorong lebih banyak masyarakat yang datang untuk makan. Selain itu, ruang untuk bersosialisasi semakin besar memberikan jarak antar personal untuk berkomunikasi makin leluasa. Dalam hal ini bubble jarak personal menunjukkan adanya komunikasi non-verbal penggunanya di dalam ruang publik.

Ruang dan jarak yang tersedia menjadikan sebuah fasilitas yang baru untuk semakin banyaknya sekelompok pengunjung yang datang. Untuk itu penggunaan furnitur yang sesuai dengan kebutuhan banyaknya pengunjung menjadi aspek yang penting dalam melakukan sebuah interaksi sosial. Artinya pengunjung dapat melakukan interaksi sosial dengan jarak antar personal yang ada dalam penataan furniturnya sehingga dapat terjadi komunikasi non-verbal. Selain itu, adanya jarak yang terdapat pada penataan layout yang baru dapat merepresentasikan personality setiap pengunjungnya dengan gesturnya ketika berkomunikasi dengan sekelompoknya.

Keramaian Pembeli Bakmie Papi (Sumber: Dokumentasi Bakmie Papi, 2022)
Keramaian Pembeli Bakmie Papi (Sumber: Dokumentasi Bakmie Papi, 2022)

Keramaian Pembeli Cahaya Timur Bakmi dan Kopi (Sumber: Dokumentasi  Yoyon Wew, 2023)
Keramaian Pembeli Cahaya Timur Bakmi dan Kopi (Sumber: Dokumentasi  Yoyon Wew, 2023)

Perubahan layout pada rumah makan dari yang sempit dengan panataan yang sederhana dan terbatas menjadi tatanan layout yang lebih luas dan teratur dapat memberikan ruang dan jarak bagi pengunjung dan pekerja sebagai pengguna ruangan tersebut. Space yang lebih besar dapat menarik perhatian masyarakat sehingga memberikan ruang baru bagi pengunjung yang lainnya untuk datang dan makan atau sekedar berosisalisasi di rumah makan tersebut. Selain itu, dengan penataan layout yang baru dengan memperhitungkan jarak antar personalnya dapat memberikan keleluasaan para pengunjungnya untuk bersosialisasi di dalam rumah makan. Namun, apabila keadaan rumah makan cukup ramai tidak memungkinkan bagi para pengunjungnya untuk duduk berlama-lama sekedar ngobrol dan bercengkerama, mengingat antrean yang panjang dan pengunjung yang lainnya yang menunggu giliran meja kosong untuk makan.

KESIMPULAN
Jarak antar personal dalam rumah makan sebagai ruang publik adalah aspek yang penting yang perlu diperhatikan. Penataan layout dalam sebuah ruangan menjadi faktor utama karena erat kaitannya dengan ergonomi penggunanya ketika berinteraksi sosial. Pada sudut pandang proxemic, komunikasi non-verbal interpersonal memperhitungkan ruang (space) dan jarak (distance) sehingga privacy pengunjung tetap terjaga meskipun berada di ruang publik. Budaya antre ketika memesan makanan juga menjadi pertimbangan dalam penataan layoutnya, agar tidak bersinggungan dengan pengguna yang lainnya terutama pengunjung yang sedang makan. Selain itu, jarak antar furnitur sebagai atribut yang dibuat untuk berkomunikasi baik secara sociofugal maupun sociopetal juga menjadi hal yang penting, mengingat tujuan orang datang ke rumah makan selain untuk makan adalah untuk bersosialisasi sehingga menjadi budaya yang baru. Untuk itu penataan layout furnitur akan memiliki pengaruh besar dalam kenyamanan ketika berkomunikasi interpersonal.


DAFTAR PUSTAKA
Lawson, Bryan. (2001): The Language Of Space. Oxford: Architectural Press.
Hadinugroho, Ir. Dwi Lindarto. (2002): Ruang dan Perilaku : Suatu Kajian Arsitektural. Digitized by USU digital library.
Marquardt, N., dan Greenberg, S., (2012): Informing the Design of Proxemic Interactions, IEEE CS, April -- Juni 2012, 14-23.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun