Seperti yang dikatakan Bryan Lawson, dengan adanya ruang untuk bersosialisasi, setiap individu memiliki wadah untuk mengekspresikan individualitas dan solidaritasnya dengan orang lain.Â
Dalam struktur sosial di masyarakat Gresik, warung kopi juga dianggap sebagai wadah pemersatu berbagai individu dari bermacam-macam kalangan.
Mulai dari yang muda hingga tua, menengah ke bawah hingga menengah ke atas. Seperti ketika Bupati Gresik yang memindah tempat rapat anggota dewan dari kantor Bupati ke warung kopi agar lebih santai (Malik, 2012).
Secara ergonomi, ruangan dalam warung kopi tidak memberikan kenyamanan dan kebebasan untuk bergerak.Â
Namun, dalam hal ini budaya memiliki pengaruh terhadap penataan ruang dalam warung kopi, sehingga pengunjungnya tidak mempermasalahkan keterbatasan ruangan yang ada dan tetap merasa nyaman.Â
Hal tersebut tampak pada para pengunjung warung kopi yang tidak beranjak dari tempatnya dan betah berlama-lama di dalamnya.
Jarak di dalam sebuah ruangan adalah hal yang penting karena berkaitan dengan kesadaran otak dan kerja indera manusia untuk menyadari keberadaan manusia disekelilingnya (Lawson, 2001 : 110).Â
Jarak antar manusia di dalam sebuah ruangan merupakan hal yang harus diperhatikan, karena memiliki pengaruh pada kegunaan dan karakteristiknya serta pada perilaku pengguna di dalam ruangan tersebut.Â
Pentingnya jarak antar personal menunjukkan adanya perbedaan hubungan dan budaya personal antara pengunjung yang satu dengan yang lain. Secara taksonomi jarak tersebut digambarkan oleh Lawson sebagai berikut:
Di sisi lain, tata ruang yang terbatas pada warung kopi memungkinkan untuk dapat berkomunikasi secara langsung sehingga menunjukkan adanya interaksi sosial antar manusia, baik interaksi antara dua orang atau banyak orang  di dalam ruangan itu.Â