Mohon tunggu...
Aloysia Endang SSS
Aloysia Endang SSS Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikolog Klinis RSJD dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Ketua IPK Wilayah Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bermain di Masa Pandemi, Kenapa Tidak?

12 Oktober 2020   21:17 Diperbarui: 12 Oktober 2020   21:23 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lalu mungkinkah dimasa pandemi ini anak anak bermain permainan tradisional? Bukankah hampir semua permainan tradisional melibatkan banyak anak? ternyata tidak selalu demikian.

Banyak sekali permainan tradisional yang hanya melibatkan satu dua orang dalam pelaksanaannya.  Tidak ada teman sebaya?   Tidak masalah. Orang tua bisa menjadi kawan bermain yang mengasyikan. Jangan salah, banyak anak -- anak yang sebenarnya ingin bermain dengan orang tua mereka lho, hanya  para orang tua saja yang seringkali  menganggap bahwa yang pantas bermain dengan anak mereka hanyalah teman sebayanya. Banyak sekali permainan tradisional yang dapat dilakukan di dalam rumah dan dilakukan hanya dengan dua atau tiga orang,  contohnya adalah permainan Dakon, halma dan  bola bekel. Yang bisa dilakukan di halaman rumah juga ada,  seperti engklek, lompat tali ( dengan tali yang dirangkai sendiri dari gelang karet, dimana proses pembuatannya dirangkai bersama dengan anak ), dsb.

Menggali kembali permainan permainan tradisional yang pernah ada sangatlah bermanfaat. Tidak hanya bagi anak yang mungkin akan "excited" karena belum pernah melihat, anda pun juga akan dibuat "excited" pula karena kemudian mengenang kembali masa masa kecil anda.

Banyak permainan tradisional  yang memiliki daya stimulasi yang kuat bagi perkembangan anak. Stimulasi tidak saja dari segi motorik, tetapi juga kognitif, afeksi, sosial dan spiritual. Faktor faktor tersebut yang memang harus dikembangkan secara seimbang pada diri seorang anak. Permainan tradisional ini juga dapat memunculkan nilai-nilai karakter pada anak-anak, seperti nilai-nilai agama, nasionalis, kemandirian, gotong royong, dan integritas.  (Saputra, Ekawati 2018 )

Kita ambil contoh permainan Dakon atau Congklak.

Nilai-nilai posititif dan Kemampuan apa saja yang bisa distimulasi pada anak ketika bermain dakon ?

Permainan dakon / congklak dapat melatih kejujuran, kecerdasan berhitung, strategi, belajar menang kalah dan juga belajar menunggu giliran. Berarti dengan bermain dakon saja sudah banyak stimulasi yang didapat. Belum lagi orang tua yang mengajak bermain disertai dengan kegembiraan.

Masih banyak permainan tradisional lain seperti misalnya permainan Halma yang dapat mengembangkan kemampuan logika berpikir dan strategi. Bermain lenggang rotan atau Hulahop yang dapat mengasah kemampuan motorik dan menstimulasi kegembiraan

Bola bekel yang mengasah  kemampuan berpikir strategi, ketangkasan, kejelian dan kejujuran. Belum lagi permainan tradisional Engklek yang memiliki nilai nilai terapeutik seperti deteksi dini adanya permasalahan pada anak, perkembangan fisik yang baik, kesehatan mental yang baik, problem soling dan nilai sosial ( Iswinarti, 2010 )

Bermainlah dengan anak

Kekhawatiran lain muncul, apakah anak bersedia dan mau melakukan permainan tradisional? Sementara permainan digital lebih menarik dan banyak jenisnya. Pada dasarnya anak-anak secara alamiah senang bergerak, berkompetisi dan meniru orang di sekitar. Maka orangtua sebagai lingkungan terdekat anak, perlu mengkondisikan agar menjadi contoh dan menjadi penyemangat bagi anak. Misalnya orangtua meletakkan gawai ketika sedang bersama anak dan memotivasi serta mengajak anak untuk bermain permainan tradisional. Orangtua yang memiliki antusias dan semangat dalam bermain maka akan menularkan semangat dan antusiasmenya kepada anak,  sehingga sepertinya  tidak sulit untuk mengajak mereka bermain  permainan tradisional yang beragam dan banyak memberikan kegembiraan. Dengan gembira, kesehatan mental  menjadi lebih terjaga, dan anak -- anak merasa lebih nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun