Mohon tunggu...
Aloysia Bwariat
Aloysia Bwariat Mohon Tunggu... Guru - #iTeach

Hogwarts wasn't hiring, so i teach muggles instead

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Erik Erikson's 8 Stages of Psychological Development

26 November 2021   18:50 Diperbarui: 26 November 2021   18:55 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Erik Erikson adalah seorang psikoanalis yang mengembangkan teori perkembangan psikososial delapan tahap. Masing-masing dari delapan tahap menjelaskan perkembangan kepribadian seseorang dari masa lahir hingga tahap dewasa

Berikut adalah penjelasan teori Erik Erikson yang akan membantu kita memahami delapan tahap psikososial kehidupan manusia.

Tahap 1: Trust vs Mistrust (0-1,5 tahun)

Pada tahap pertama, anak akan sangat bergantung kepada ibu atau orang yang mengasuh dalam segala hal. Hadir untuk bayi Anda dengan memberi mereka tidak hanya perawatan fisik, tetapi juga banyak kasih sayang. Dengan menyediakan kebutuhan dasar ini, anak diajari bahwa mereka dapat bergantung pada ibu/ orang yang mengasuh. Hal ini membangun kekuatan psikologis dari kepercayaan dalam diri mereka.

Tahap 2: Autonomy vs Doubt (1,5-3 tahun)

Pada tahap ini, balita memiliki preferensi makanan. Jadi biarkan mereka memilih makanan ringan mereka sendiri. Kepercayaan yang diberika oleh orang tua akan mendorong anak unutk lebih percaya diri serta menjadi anak yg percaya diri. Tentunya kepercayaan dan kebebasan ini masih dalam bibingan orang tua.

Tahap 3: Initiative vs Guilt (3-6 tahun)

ini adalah tahun-tahun prasekolah. Saat anak Anda berinteraksi secara sosial dan bermain dengan orang lain, mereka belajar bahwa mereka dapat mengambil inisiatif dan mengendalikan apa yang terjadi. Dalam tahap ini anak sudah dapat melakukan interaksi dengan temannya melalui permainan. Anak juga dapat  mengembangkan rasa percaya diri dan belajar untuk memiliki tujuan.

Tahap 4: Industry vs Inferiority (6-12 tahun)

Anak telah mencapai sekolah dasar serta memiliki banyak guru dan teman. Di sinilah mereka belajar keterampilan baru. Mereka mungkin mulai membandingkan diri mereka dengan orang lain. Maka dukungan orang tua akan membuat anak semakin percaya diri, namun anak yag tidak mendapat dukungan dapat menjadi tidak produktif dan rendah diri.

Tahap 5: Identity vs Role Confusion (12-18 tahun)

Remaja yang berhasil melewati krisis ini akan pergi dengan identitas yang kuat. Mereka akan dapat menjunjung tinggi nilai-nilai ini terlepas dari tantangan yang akan mereka hadapi di masa depan. Tetapi ketika remaja tidak mencari identitas mereka, mereka mungkin tidak mengembangkan rasa diri yang kuat dan tidak akan memiliki gambaran yang jelas tentang masa depan mereka.

Tahap 6: Intimacy vs Isolation (18-40 tahun)

Orang-orang dengan rasa identitas yang kuat sekarang siap untuk berbagi kehidupan mereka dengan orang lain. Inilah saatnya untuk berinvestasi dalam komitmen kepada orang lain. Tantangan psikososial sekarang menurut Erikson adalah membangun hubungan cinta jangka panjang yang terasa aman. Ketika orang menyelesaikan tahap ini dengan sukses, mereka pergi dengan hubungan yang aman yang dipenuhi dengan komitmen dan cinta.

Tahap 7: Generativity vs Stagnation (40-65 tahun)

Tahap ketujuh ini ditandai dengan kebutuhan untuk memberi kepada orang lain. Tahap ini orang cenderung menyeimbagkan hidupnya. Hal ini juga bisa berarti berkontribusi pada kegiatan amal dan acara-acara sosial. Orang-orang yang berhasil menyelesaikan tahap ini memiliki kepuasan mengetahui bahwa mereka dibutuhkan. Mereka merasa bahwa mereka berkontribusi pada keluarga dan komunitas serta tempat kerja mereka.

Tahap 8: Integrity vs Despair (60 tahun ke atas)

Tahap ini adalah tahap refleksi. Selama masa dewasa akhir, ketika laju kehidupan melambat, orang melihat kembali kehidupan mereka untuk menilai apa yang telah mereka capai. Orang-orang yang bangga dengan apa yang telah mereka lakukan mengalami kepuasan sejati. Menariknya, tahap terakhir ini, menurut Erikson, merupakan salah satu fluks. Orang sering berganti-ganti antara perasaan puas dan penyesalan. Melihat kembali kehidupan untuk mendapatkan rasa penutupan dapat membantu menghadapi kematian tanpa rasa takut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun