Mohon tunggu...
Aloys Satoru
Aloys Satoru Mohon Tunggu... Nahkoda - Lys

Hehehehehehehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intoleransi Agama dalam Media Sosial

14 Februari 2022   12:44 Diperbarui: 14 Februari 2022   13:13 4792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila Counter Bersama

Untuk memerangi tindakan-tindakan intoleran yang ada, tentu tak bisa hanya dilakukan sendiri, atau malah hanya memangku tangan pada pemerintah saja. Tindakan intoleran merupakan persoalan bersama terkait kemanusiaan, dimana hal ini hanya mungkin ditangani bersama. Dengan dialog, Pancasila yang sangat kaya dan inklusif dapat digunakan sebagai platform tindakan bersama untuk melawan dan mengantisipasi tindakan intoleransi. 

Anita Lie, guru besar FKIP Unika Widya Mandala Surabaya, Kompas 29/01/2021 menawarkan Profil Pelajar Pancasila untuk menanamkan nilai pancasila secara mendasar melalui instrumen pendidikan. Pancasila perlu sejak dini untuk ditanamkan dan diintegrasikan dalam tiap pribadi masyarakat. 

Bukan hanya sebagai landasan ideologi mati yang sekedar dihafal dan diketahui, melainkan dipahami dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari, yang bahkan secara lebih lanjut dapat dipahami sebagai "kode etik" bangsa. Profil pelajar pancasila sendiri merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila, berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis kreatif, bergotong royong dan berkebinekaan global.

Rm. Al Purwa Hadiwardoyo, MSF, Dosen program studi Magister Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menawarkan "teologi publik" bagi masyarakat untuk dapat memahami Pancasila dan signifikansinya bagi agama-agama, maupun sebaliknya. "Teologi publik" sendiri merupakan sebuah genre "teologi sosial" yang menggunakan fakta dan data sosial sebagai "bahan mentah utama" dalam refleksi teologis. Romo A. Bagus Laksana, SJ menyebutkan bahwa Pancasila dapat menjadi titik temu dalam mengembangkan teologi publik. 

Pancasila digunakan bukan untuk menggantikan agama, melainkan diperkaya oleh agama dan memberi kerangka serta arah agar agama-agama semakin otentik dan berperan dalam transformasi masyarakat Indonesia yang bhinneka. Rm. Bagus Laksana juga menawarkan suatu teologi yang disebut dengan teologi komparatif. Suatu teologi dimana masing-masing orang beriman sungguh belajar mengenai imannya dengan bercermin dan bertemu dengan tradisi iman lain. 

Teologi komparatif perlu karena menawarkan pembelajaran antar agama yang sangat konkret, detail sekaligus mendalam. Pembentukan teologi komparatif ini dapat menjadi dasar mempertemukan teologi publik dengan pancasila. Selain itu kita juga perlu untuk lebih membudayakan nilai-nilai Pancasila dan toleransi dalam media sosial. Tentu hal ini memerlukan proses, usaha, dan waktu yang panjang. Namun dengan adanya tindakan bersama ini, maka secara perlahan perilaku dan tindakan toleransi pasti dapat tertangani. 

Sumber :

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun