Mohon tunggu...
Alouette De Bali
Alouette De Bali Mohon Tunggu... Administrasi - Je dis ça je dis rien

La beauté attire l'oeil, Mais la personnalité capture le cœur.....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sejauh-jauhnya Ku Melangkah, Tanah Kelahiranku adalah Jiwaku...

13 Februari 2022   16:54 Diperbarui: 13 Februari 2022   16:58 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ku amati dan telingaku mulai mendengarkan bahasa passengernya. Tanyaku dalam hati "kenapa tak ada yang berwajah seperti orang Perancis, kenapa tak ada yang berbahasa Perancis?"

Dan ketika aku bertemu dengan manager photographer yang saat itu adalah orang Bali, dijelaskannyalah bahwa kapal tersebut passengernya adalah British!

Nah lo.... Welcome on board!

Panik sudah pasti! Kesel juga ia!

Aku yang mikir akan berada di kapal dan tetap mempraktekkan bahasa Perancis ku tiba-tiba harus dipaksa berbahasa Inggris. Walaupun itu adalah bahasa dasar untuk bekerja ke luar negeri, namun aku yang sudah lama tidak pernah mempraktekkannya akan sangat sulit untuk memulainya.

Meditasi dan kembali mengingat semuanya pun ku lakukan. Tekanan pekerjaan, keterbatasan dalam berkomunikasi menjadi beban pikiranku selama +/- 3 bulan pertama. Ingin rasanya aku menyerah, dan kembali ke rumah...

Tapi ketika ku teringat betapa kerasnya perjuanganku untuk bisa kesini, aku berusaha untuk bangkit. Ku yakinkan diri bahwa aku pasti bisa. Dengan bantuan teman-teman dan kegigihan ku untuk mengingat kembali pelajaran bahasa Inggris kala itu, telah membuatku sedikit demi sedikit merasa nyaman.

Kakakku di rumah ternyata juga sedang mempersiapkan dirinya untuk ke kapal pesiar. Dalam hati ku berkata, inilah saatnya kami berdua bekerja keras untuk mengangkat harkat dan martabat keluarga kami.

Sayangnya, semuanya tak seperti yang ku harapkan dan bayangkan. Benar katanya, sebagai manusia kita hanya bisa berusaha dan berdoa, sisanya tetap Tuhan yang menentukan. Mungkin Tuhan ingin mengabulkan cita-cita masa kecilku, agar aku tau dan bisa menilai sendiri mana yang lebih baik untuk dijalani.

Bekerja di kapal tak seindah bayangan dan pikiran kita saat melihat mereka pulang, membawa oleh-oleh, melihat mereka jalan-jalan di luar negeri. Namun tekanan pekerjaan, tekanan bathin, jauh dari keluarga, itu besar perananannya bagi kami. 

Aku memang seorang petualang, namun aku tak suka berada dalam sangkar seperti ini. Walaupun di Bali aku bekerja di travel agent, berada di bawah aturan perusahaan atau atasan, itu tak serta merta mengurungku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun