Muncullah berbagai predikat kurang sedap yang disandangkan ke parlemen kita. Ada yang menamainya dengan "parlemen rasa eksekutif", parlemen melempem, parlemen tidak bernyawa dan beberapa penamaan minor lainnya.Â
Oleh karena itu, kita berharap agar para petinggi partai sungguh mempertimbangakan perlu adanya semacam oposisi dengan proporsi yang memadai di parlemen sehingga bisa ada penyeimbang yang nantinya tidak sekadar memenuhi semua  kemauan pemerintah tetapi juga memperjuangkan kepentingan rakyat banyak. Tumpuan harapan kita tentu pada partai yang memperoleh suara parlemen yang besar untuk bertahan pada posisi penyeimbang ketimbang menerima tawaran koalisi pemenang pilpres, meskipun tentu ada insentifnya. Kalau partai-partai yang DNAnya suka gabung dalam pemerintahan, sudah pasti tidak bisa kita bendung.Â
Ada satu tawaran menarik untuk mengatasi problematika itu. Kiranya dipikirkan untuk menaikkan subsidi bagi partai. Dengan subsidi yang sekarang berkisaran antara Rp 1000,- hingga Rp 1500,- per suara, posisi oposisi atau penyeimbang menjadi tidak terlampau menarik. Bila saja bisa dinaikkan hingg Rp 100.000,- per suara, partai tidak terlalu perlu tergoda untuk ikut dalam power of sharing yang biasanya disertai insentif finansial. Dengan begitu partai-partai akan menerima pendapat bahwa berada dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan sama mulianya.Â
Dengan begitu juga kita akan mendapatkan politisi-politisi yang tidak hanya cari untung bagi kelompoknya sendiri tetapi juga berpikir untuk membela dan mensejahterakan rakyatnya; dengan cara mendebatkan hal-hal yang sekiranya jelas-jelas tidak menguntungkan rakyat banyak. Kalau sudah begitu, kita akan terhindar dari PARLEMEN TAK BERNYAWA. Semoga harapan ini terkabul. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H