Leadership merupakan soft skill atau keterampilan seseorang dalam memengaruhi, memotivasi, atau mengarahkan diri sendiri maupun orang lain untuk melakukan sesuatu. Karena pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin, setidaknya untuk dirinya sendiri.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial seorang manusia pun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengelola, setidaknya untuk dirinya sendiri. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri (A, Solikin, H.M Fatchurahman, 2017).
Jiwa leadership yang ada pada diri seseorang dapat membangun pola hidup yang baik dan teratur, selain itu juga dapat membangun kecerdasan emosional yang baik. Salah satu bentuk kecerdasan emosional yang baik adalah pengendalian terhadap dirinya sendiri. Kecerdasan emosional merupakan variabel penting terhadap kontrol diri, siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah ditandai dengan sulit mengendalikan emosi seperti marah, berontak, dan menangis cenderung lebih rendah kontrol dirinya sehingga  mudah  terpengaruh  lingkungan sekitar(Cahyani & Siswati, 2020).
Pada masa remaja khususnya, kecerdasan emosional yang mereka miliki masih rendah sehingga remaja belum sepenuhnya mampu dalam hal mengendalikan dirinya. Remaja sering kali mencoba hal-hal baru, yang sifatnya menantang, bahkan untuk tindakan terlarang sekalipun. Fenomena kenakalan, pergaulan bebas, hingga banyak kasus bunuh diri yang terjadi pada kalangan usia remaja.
Fenomena-fenomena tersebut dapat tercegah jika di dalam diri seorang remaja terdapat jiwa leadership yang mampu membentuk kecerdasan emosional yang baik, sehingga mereka mampu untuk mengendalikan diri dari melakukan hal-hal yang bersifat membahayakan. Seorang pemimpin yang baik, adalah teladan dalam hal pengendalian diri. Jiwa kepemimpinan (leadership) yang kuat meningkatkan kemampuan untuk mengelola emosi, pengambilan keputusan baik, dan dapat mengontrol diri sendiri dalam menghadapi tantangan. Â Â
Organisasi juga mampu berperan penting dalam membantu pengendalian diri seseorang, yang mana di dalam suatu organisasi diajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan mengelola konflik secara konstruktif. Melalui keterlibatan organisasi tersebut, jiwa leadership seseorang akan terbentuk menjadi semakin baik, sehingga di dalamnya mendukung pengembangan pengendalian diri anggota organisasi.
Jiwa kepemimpinan dapat dibentuk dengan bergabung dalam suatu organisasi, karena tidak selamanya seorang pemimpin lahir langsung memiliki jiwa kepemimpinan. Sebagai mana dalam sebuah penelitian yang menyatakan, seseorang sejatinya tidak akan lahir sebagai pemimpin hingga dibentuk untuk menjadi pemimpin oleh seorang pemimpin lainnya. Â Itu sebabnya dikatakan bahwa kepemimpi-nan itu dibentuk (Zaluchu, 2020).
Pengendalian diri merupakan suatu hal yang penting dan sebagai bentuk kepedulian terhadap diri sendiri. Melalui jiwa kepemimpinan yang baik dan lingkungan organisasi dapat mendukung perkembangan pengendalian diri seseorang untuk menjadi pribadi yang dapat menghadapi berbagai bentuk tantangan dengan baik.
Daftar Pustaka:
A, Solikin, H.M Fatchurahman, S. (2017). ISSN 1412-1395 (cetak) 2355-3529 (elektronik). Anterior Jurnal, 16(2), 90--103. https://media.neliti.com/media/publications/258565-pemimpin-yang-melayani-dalam-membangun-b-e1d3abc2.pdf
Cahyani, N. T., & Siswati, S. (2020). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kontrol Diri Pada Remaja Pria Atlet Sepak Bola Di Kota Pati. Jurnal EMPATI, 9(5), 423--430. https://doi.org/10.14710/empati.2020.29267
Zaluchu, S. E. (2020). Riset 'Leadership Understanding' Gembala-gembala Peserta Lembaga Kajian Gereja (LKG) Jawa Timur. BIA': Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen Kontekstual, 3(1), 102--113. https://doi.org/10.34307/b.v3i1.154
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H