Mohon tunggu...
Almuzayyad
Almuzayyad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berkuda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bersama Santri Memakmurkan Negeri

16 Oktober 2022   20:07 Diperbarui: 17 Oktober 2022   06:00 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hallo hallo hai sobat kompasianer, jumpa lagi dengan saya di segmen kali ini. Mengetahui sebentar lagi kita akan memperingati perayaan hari santri nasional, saya akan membahas tentang SANTRI dan INDONESIA. Kata "SANTRI" mungkin akan terdengar asing pada kalangan masyarakat yang berlatarbelakang pendidikan umum. Karena yang namanya SANTRI dikenal dengan pendidikan yang bernapaskan ajaran Islam. Selain itu juga, jika mendengar kata "SANTRI" yang terlintas dipikiran kita yaitu tentang adab, perilaku, tata karma, wadah pendidikan seperti pondok pesantren, dan yang sejenisnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "santri" setidaknya mengandung dua makna. Pemaknaan pertama adalah orang yang mendalami agama Islam, dan pemaknaan kedua adalah orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang saleh. Begitu banyak pendapat yang memaparkan sejarah ataupun asal-usul istilah kata "santri". Bahkan ada juga para ahli yang meyakini bahwa tradisi nyantri sudah ada sejak sebelum masuknya ajaran Islam ke Nusantara, yaitu pada masa Hindu dan Budha.

Salah satu versi mengenai asal usul istilah "santri", seperti dikutip dari buku Kebudayaan Islam di Jawa Timur: Kajian Beberapa Unsur Budaya Masa Peralihan (2001) karya M. Habib Mustopo, mengatakan kata "santri" berasal dari bahasa Sanskerta. Istilah "santri", menurut pendapat itu, diambil dari salah satu kata dalam bahasa Sanskerta, yaitu sastri yang artinya "melek huruf" atau "bisa membaca". Versi ini terhubung dengan pendapat C.C. Berg yang menyebut istilah "santri" berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti "orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu".

Santri merupakan kumpulan seseorang yang siap untuk dididik dan ditempa dengan ajaran ilmu agama, mereka jauh-jauh meninggalkan orang tua, keluarga, dan kampong halaman untuk menuntut ilmu. Mereka menempati sebuah kompleks pendidikan yang dikenal dengan sebutan pondok pesantren dibawah asuhan para tokoh-tokoh terkemuka agama, para 'alim ulama' yang biasa disebut dengan Kiai.

Bangsa Indonesia banyak melahirkan tokoh-tokoh para 'alim ulama' melalui wadah pendidikan pondok pesantren. Kata "pesantren" oleh sebagian kalangan diyakini juga sebagai asal-usul tercetus dan lahirnya istilah "santri". Mendengar sebutan kata "pesantren", sobat kompasianer pasti tidak asing dengan nama-nama para ulama' besar  seperti Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari, Tuan Guru Kiai Haji Zainuddin Abdul Majid, Kiai Haji Ahmad Dahlan, Kiyai Haji Abdurrahman Wahid, dan masih banyak lagi ulama'-ulama' besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. 

Mereka merupakan para 'alim ulama' besar yang sekaligus juga pernah menjadi seorang santri. Jika kita sedikit membaca banyak tentang profil-profil ulama' tersebut, kita pasti akan mengetahui bagaimana perjuangan mereka selama menuntut ilmu dari satu tempat ke tempat lain, bahkan mereka mencari ilmu hingga ke negeri-negeri yang berada di Timur Tengah pada masa itu. Dan pasti kita akan paham bagaimana perjuangan keras mereka dalam mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam. 

Pada masa sulit seperti dimana ketika bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda seorang tokoh 'alim ulama' yang bernama Tuan Guru Kiai Haji Zainuddin Abdul Majid tetap membuka yayasan pendidikan yang beliau miliki pada masa itu demi lahirnya insan-insan yang memiliki ilmu yang bernapaskan ajaran Islam. Dengan perjuangan yang keras tersebut beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada tahun 2017.

Pada masa awal pendidikan pesantren, para santri menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kiai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubuk yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal ke mana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Wali Songo.

Dilansir dari laman Wikipedia, Pondok pesantren memiliki peranan yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Kegiatan pendidikan agama Islam di Nusantara telah dimulai sejak 1596. Kegiatan pendidikan agama inilah yang dikenal dengan nama pondok pesantren. Dalam catatan Howard M. Federspiel- salah seorang pengkaji keislaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatra), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.

Hingga saat ini lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren masih menjadi lembaga pendidikan yang melahirkan tokoh-tokoh agama yang terkemuka. Setiap tahun baik santri maupun peserta didik non santri rutin memperingati Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober di setiap tahunnya. 

Perayaan Hari Santri Nasional  ini guna untuk mengenang Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama yang dipimpin oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dicetuskan sebagai upaya untuk mengobarkan semangat para perjuangan yang mempertahankan NKRI dari Belanda yang diboncengi oleh NICA, yang kembali datang ke Indonesia pada bulan Oktober 1945. Selain itu peringatan peringatan Hari Santri Nasional ini juga merupakan bentuk apresiasi dari pemerintah Republik Indonesia kepada para tokoh 'alim ulama' yang memimpin Resolusi Jihad Santri yang mengobarkan semangat para santri agar berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Di tahun 2022 ini Peringatan Hari Santri Nasional mengusung tema "BERDAYA MENJAGA MARTABAT KEMANUSIAAN". Melalui tema ini, saya khususnya berharap agar seluruh masyarakat Indonesia semakin kuat dalam menyatakan tekad dan saling menjaga kerukunan baik kerukunan ukhuwah Islamiah maupun dalam lingkup yang lebih luas lagi yaitu persaudaraan satu bangsa atau bisa disebut juga kerukunan dalam ukhuwah wathaniyah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun