Mohon tunggu...
Almuzayyad
Almuzayyad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berkuda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

G30S PKI dengan Hari Kesaktian Pancasila

16 Oktober 2022   16:44 Diperbarui: 16 Oktober 2022   16:55 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

G30S PKI adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Peristiwa ini merupakan peristiwa pahit yang pernah dialami dalam sejarah bangsa Indonesia. Terjadi pada malam hari tanggal 30 September hingga dini hari 1 Oktober 1965. Saat ini sudah 57 tahun peristiwa ini tetap dikenang oleh masyarakat Indonesia.  

Peristiwa ini kemudian menjadi salah satu peristiwa yang tetap dikenang dan diperingati setiap tahunnya. Karena sebagaimana yang diucapkan Ir. Soekarno selaku Prsiden pertama Republik Indonesia "Jas Merah,...Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah!!!". Agar tetap dikenang oleh masyarakat peristiwa pengkhianatan G30S PKI ini dibuatkan dalam bentuk film. Peristiwa menyedihkan dan sangat menyakitkan bagi tokoh-tokoh bangsa ini harus tetap dikenang agar masyarakat mengetahui bagaimana kekejaman dan bagaimana biadabnya PKI pada saat itu. Presiden Joko Widodo juga menyatakan hal serupa yakni, film itu layak ditonton bangsa ini agar orang-orang Indonesia tetap bisa mengetahui tentang Partai Komunis Indonesia (PKI). peristiwa ini harus dikenang juga karena tokoh-tokoh yang menjadi korban merupakan tokoh-tokoh yang berperan penting dalam mempertahankan ideologi negara yaitu Pancasila agar tidak tergantikan oleh ideologi Komunis.

Sejak Indonesia merdeka, 17 Agustus 1945, sudah terjadi beberapa peristiwa pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) di tanah air. Pemberontakan PKI tersebut bertujuan untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah yang berideologi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan pandangan hidup bangsa Indonesia dengan upaya menggantinya dengan bentuk yang lain, yaitu ideologi yang mereka anut yakni Komunisme. Hal tersebut dapat dibbuktikan dengan terjadinya dua kali peristiwa pemberontakan oleh PKI beserta antek-anteknya. Adapun peristiwa pemberontakan PKI yang terjadi di Indonesia, yaitu  peristiwa pemberontakan PKI yang terjadi yang berpusat  di Madiun, Jawa Timur tahun 1948. Selanjutnya, ada pemberontakan PKI yang terjadi di Jakarta pada tahun 1965.

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan salah satu partai sepuh dan terbesar di Indonesia. Partai ini memberikan pengaruhnya pada masyarakat mulai dari kalangan intelektual, buruh, hingga petani. Pada pemilihan umum tahun 1955, PKI berhasil memperoleh 16,4 persen suara dan berhasil menempati posisi keempat di bawah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, dan Nahdlatul Ulama' (NU).

Sejarah berdirinya PKI tidak dapat dilepaskan dari partai negeri Belanda Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), yaitu partai kecil berhaluan kiri yang berdiri di tangan tokoh Sosialis dari negeri Kincir Angin Belanda, yang bernama Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau dikenal dengan Henk Sneevliet. Partai ini memberikan pengaruh buruknya pada ke dalam partai-partai lokal, seperti Sarekat Islam (SI). Ada beberapa tokoh Sarekat Islam (SI) yang terpengaruh pada saat itu antara lain Semaoen dan Darsono, yang tak lain berperan penting dalam pendirian PKI.

Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dipimpin oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah kepemimpinan DN Aidit, PKI semakin berkembang dalam parlementer. Menurut Arnold C. Brackman, DN Aidit mendukung konsep Khrushchev, yakni: bila segalanya bergantung pada komunis, kita harus mengikuti dengan cara perdamaian.

Pandangan itu bertentangan dengan konsep yang dikeluarkan Mao Ze Dong (Tokoh Komunis Cina) dan Josef  Stalin (Tokoh Komunis Uni Soviet) yang menyatakan bahwa, komunisme dikembangkan hanya melalui peperangan. G30S PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepatnya pada akhir tanggal 30 September dan masuk 1 Oktober 1965. Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi incaran langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan target lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.

Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.

Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno dan mengganti negara Indonesia yang menganut ideologi Pancasila menjadi negara yang menganut ideologi Komunis. Sebagaimana diketahui bahwa, gerakan PKI di Indonesia saat itu, disebut memiliki lebih dari 3 juta anggota dan membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah RRC dan Uni Soviet.

Kronologi G30S PKI, adanya kecurigaan dari masyarakat yang anti-komunis tentang ppenyebaran ideologi mominis. Kecurigaan semakin kuat sehingga memunculkan desas-desus di masyarakat, terlebih menyangkut tentang kesehatan Presiden Soekarno dan Dewan Jenderal Angkatan Darat. Disisi lain Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Kawal Resimen Cakrabirawa, yakni pasukan khusus pengawal Presiden, memimpin sekelompok pasukan dalam melakukan aksi bersenjata di Jakarta.

Pasukan tersebut bergerak dari daerah Lubang Buaya. Peristiwa ini terjadi pada tengah malam, pergantian hari Kamis, 30 September 1956 menuju hari Jumat, 1 Oktober 1965. Mereka menculik dan membunuh para perwira tinggi Angkatan Darat. Aksi tersebut pada tanggal 30 September berhasil menculik enam orang perwira tinggi Angkatan Darat.

Enam Jenderal yang gugur dalam peristiwa G30S PKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo. Selan itu, ajudan Menhankam/Kasab Jenderal Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean dan pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi Satsuit Tubun dinyatakan gugur pula. Jenderal yang berhasil selamat dari serangan PKI adalah AH Nasution. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution tidak bisa diselamatkan.

Gejolak dan peristiwa pertumpahan darah yang ditimbulkan akibat G30S PKI berakhir diredam oleh Tentara Nasional Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1965, peristiwa tersebut dinamakan Hari Kesaktian Pancasila. Karena upaya untuk menggantikan dasar negara Indonesia Pancasila tidak berhasil dilakukan oleh gerakan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun