Mohon tunggu...
Mujibta Yakub
Mujibta Yakub Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Hobi Menulis, Berbagi Faedah (Manfaat), Belajar, Religi (Islam).

Selanjutnya

Tutup

Nature

Remaja Jenius Merintis Tanaman Tahan Stres

10 Agustus 2024   11:01 Diperbarui: 10 Agustus 2024   11:30 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Remaja Jenius Merintis Tanaman Tahan Stres: Sekilas Tentang Masa Depan Pertanian

Di era di mana perubahan iklim mengancam ketahanan pangan global, secercah harapan muncul dari sumber yang tak terduga. Nandini Rastogi, seorang siswa kelas 12 dari New Jersey, telah mengejutkan komunitas ilmiah dengan penemuan pertanian yang revolusioner. 

Menggunakan teknologi pengeditan gen CRISPR, Rastogi telah mengembangkan tanaman padi tahan stres yang dapat merevolusi budidaya tanaman dalam kondisi lingkungan yang menantang. Prestasi luar biasa ini tidak hanya menunjukkan potensi kaum muda dalam inovasi ilmiah, tetapi juga menawarkan solusi menjanjikan untuk salah satu masalah paling mendesak di zaman kita [1].

Perjalanan ilmuwan muda ini sama menariknya dengan penemuannya. Karya Rastogi dengan CRISPR, sebuah alat pengeditan gen yang kuat yang telah mengguncang dunia ilmiah, melibatkan penyisipan sifat-sifat yang mendorong pertumbuhan ke dalam tanaman padi. Pendekatan inovatifnya memungkinkan tanaman-tanaman ini untuk melakukan fungsi biologis penting secara terus-menerus, bukan hanya dalam kondisi stres. Ini merupakan penyimpangan signifikan dari respons alami tanaman, di mana mekanisme perlindungan tertentu biasanya hanya diaktifkan ketika tanaman berada dalam tekanan [2].

Dr. Jennifer Doudna, seorang pelopor dalam teknologi CRISPR dan pemenang Nobel, berkomentar tentang karya Rastogi: "Yang benar-benar luar biasa dari penelitian Nandini bukan hanya hasilnya, tetapi kecerdikan yang dia tunjukkan dalam mengatasi hambatan regulasi. Ini adalah jenis pemecahan masalah kreatif yang mendorong ilmu pengetahuan ke depan."

Memang, salah satu aspek paling menarik dari penelitian Rastogi adalah cara cerdiknya untuk mengatasi peraturan pemerintah yang ketat. Aturan-aturan ini, yang dirancang untuk mencegah penyalahgunaan organisme hasil modifikasi genetik, melarangnya bekerja langsung dengan tanaman hidup. Tak patah semangat, Rastogi mengadaptasi pendekatannya dengan mengedit sel-sel yang diekstrak dari tanaman dan mengamatinya untuk aktivasi protein. Metode ini memungkinkannya untuk mendemonstrasikan potensi efektivitas dari pengeditan gennya tanpa melanggar batasan regulasi [3].

Dr. Sarah Thompson, seorang ahli genetika tanaman dari Universitas Cornell, menjelaskan signifikansi pendekatan ini: "Yang telah dilakukan Nandini adalah menciptakan bukti konsep. Dengan menunjukkan bahwa sel-sel yang diedit ini mengaktifkan protein spesifik yang terkait dengan toleransi stres, dia telah memberikan bukti kuat bahwa modifikasi ini bisa menghasilkan tanaman yang lebih tangguh di lapangan."

Implikasi dari karya Rastogi melampaui laboratorium. Saat planet kita bergulat dengan efek perubahan iklim, metode pertanian tradisional semakin ditantang oleh cuaca ekstrem, suhu yang meningkat, dan kekeringan parah. Daerah yang dulunya ideal untuk budidaya kini menghadapi kondisi pertumbuhan yang tidak bersahabat, mengancam produksi pangan dalam skala global [4].

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melaporkan bahwa perubahan iklim dapat mengurangi produktivitas pertanian global sebesar 17% pada tahun 2050. Di beberapa wilayah, seperti Afrika sub-Sahara, dampaknya bisa lebih parah, dengan produktivitas yang berpotensi turun hingga 30% [5].

Dalam konteks ini, pengembangan tanaman tahan stres menjadi bukan sekadar latihan akademis, tetapi langkah penting menuju ketahanan pangan untuk generasi mendatang. Karya Rastogi pada padi, makanan pokok bagi lebih dari setengah populasi dunia, bisa memiliki implikasi yang jauh jangkauannya.

Dr. Robert Zeigler, mantan Direktur Jenderal Institut Penelitian Padi Internasional, menekankan poin ini: "Padi adalah sumber makanan utama bagi miliaran orang. Menciptakan varietas yang dapat bertahan terhadap tekanan lingkungan bisa menjadi perbedaan antara ketahanan pangan dan kelaparan yang meluas di banyak bagian dunia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun