Mohon tunggu...
Mujibta Yakub
Mujibta Yakub Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Hobi Menulis, Berbagi Faedah (Manfaat), Belajar, Religi (Islam).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

AS Mengadopsi Universal Basic Income (UBI) atau Pendapatan Dasar Universal

5 Agustus 2024   10:02 Diperbarui: 5 Agustus 2024   10:19 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekhawatiran lain yang sering diangkat tentang UBI adalah dampak potensialnya pada insentif kerja. Kritikus berpendapat bahwa memberikan pendapatan yang dijamin dapat mengurangi motivasi untuk bekerja, terutama untuk pekerjaan dengan upah rendah. Potensi penurunan partisipasi angkatan kerja ini mungkin merugikan produktivitas ekonomi dan menyebabkan kekurangan tenaga kerja di sektor-sektor tertentu.

Namun, bukti dari program percontohan menunjukkan bahwa dampak pada insentif kerja mungkin tidak separah yang diantisipasi. Dalam eksperimen UBI Finlandia, penerima hanya menunjukkan sedikit penurunan tingkat pekerjaan dibandingkan dengan kelompok kontrol [4]. Efek pada motivasi kerja kemungkinan bergantung pada jumlah UBI dan bagaimana ia berinteraksi dengan program kesejahteraan yang ada dan struktur pajak.

Faktanya, beberapa berpendapat bahwa UBI sebenarnya dapat memberdayakan pekerja dengan memberikan mereka kekuatan tawar yang lebih besar dan kebebasan untuk mengejar pekerjaan atau pendidikan yang lebih memuaskan. Ini dapat mendukung kewirausahaan dengan memberikan bantalan finansial bagi mereka yang ingin memulai bisnis. Selain itu, UBI dapat mengakui dan berpotensi mengompensasi pekerjaan yang tidak dibayar, seperti pengasuhan, yang sering kali dilakukan secara tidak proporsional oleh perempuan [11].

Penerapan UBI juga dapat memiliki efek luas pada pendidikan dan pengembangan keterampilan. Dengan jaminan pendapatan dasar, individu mungkin merasa lebih aman dalam mengejar pendidikan lebih lanjut atau pelatihan ulang untuk karir baru. Ini dapat mengarah pada tenaga kerja yang lebih terampil dan mudah beradaptasi, lebih siap untuk menangani tantangan pasar kerja yang terus berkembang [12].

Perlu dicatat bahwa meskipun konsep UBI mungkin tampak radikal, elemen-elemennya sudah ada dalam beberapa bentuk. Alaska Permanent Fund, misalnya, telah memberikan dividen tahunan kepada semua penduduk negara bagian sejak 1982, yang didanai oleh pendapatan minyak [13]. Meskipun bukan UBI penuh, ini memberikan contoh dunia nyata tentang bagaimana transfer tunai universal dapat bekerja dalam skala yang lebih kecil.

Saat kita mempertimbangkan potensi adopsi UBI di Amerika Serikat, penting untuk menyadari bahwa ini bukan solusi satu ukuran untuk semua. Desain dan implementasi program seperti itu akan memerlukan pertimbangan cermat dari berbagai faktor, termasuk mekanisme pendanaan, jumlah pembayaran, dan interaksi dengan program sosial yang ada.

Sebagai kesimpulan, adopsi UBI di Amerika Serikat akan mewakili pergeseran besar dalam kebijakan sosial dan ekonomi. Meskipun menawarkan potensi untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan hasil kesehatan, dan merangsang pertumbuhan ekonomi, UBI juga menghadirkan tantangan signifikan dalam hal pendanaan dan implementasi. Saat kita terus bergulat dengan masalah ketidaksetaraan dan ketidakamanan ekonomi, perdebatan seputar UBI kemungkinan akan semakin intensif. Terlepas dari apakah AS pada akhirnya mengadopsi sistem seperti itu atau tidak, diskusi itu sendiri berharga, mendorong kita untuk membayangkan kembali kontrak sosial kita dan membayangkan kemungkinan baru untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil.

Referensi:

[1] Paine, T. (1797). Agrarian Justice.

[2] Banerjee, A., et al. (2019). Universal Basic Income in the Developing World. Annual Review of Economics, 11, 959-983.

[3] Hoynes, H., & Rothstein, J. (2019). Universal Basic Income in the United States and Advanced Countries. Annual Review of Economics, 11, 929-958.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun