Satelit Sekarang Mengorbit Bumi: Meningkatnya Kebutuhan Komunikasi dan Pemantauan Bumi
Pada tanggal 19 Juni 2024, perusahaan pemantau ruang angkasa, Look Up Space, melaporkan bahwa jumlah satelit aktif yang mengorbit Bumi telah melebihi 10.000 untuk pertama kalinya. Dari jumlah tersebut, sekitar dua pertiga merupakan satelit Starlink yang diluncurkan oleh SpaceX. Milestone ini menunjukkan pertumbuhan yang pesat dalam pengembangan satelit dalam beberapa tahun terakhir, yang didorong oleh perusahaan-perusahaan ruang angkasa komersial yang bertujuan untuk menyediakan layanan komunikasi dan internet global.
Saat ini, terdapat 10.019 satelit aktif yang mengorbit Bumi, dengan 6.646 di antaranya merupakan satelit Starlink. Jumlah ini meningkat sekitar 30% setiap tahun sejak 2020. Perusahaan-perusahaan seperti SpaceX, OneWeb, dan Amazon's Project Kuiper berada di garis depan dalam pengembangan satelit ini, dengan rencana untuk meluncurkan ribuan satelit lagi dalam beberapa tahun mendatang.
Sebagian besar satelit mengorbit pada ketinggian rendah (Low Earth Orbit/LEO), yaitu sekitar 84% dari total, sementara 12% berada pada ketinggian geostasioner (Geostationary Orbit/GEO) dan 3% pada ketinggian menengah (Medium Earth Orbit/MEO). LEO menjadi pilihan utama untuk satelit kecil karena biaya peluncuran yang lebih rendah dan waktu sinyal yang lebih singkat, sehingga sangat cocok untuk aplikasi komunikasi dan Internet of Things (IoT).
Sebagian besar satelit aktif digunakan untuk keperluan komunikasi, yaitu sekitar 3.135 satelit. Pemantauan Bumi menjadi tujuan kedua, dengan 1.052 satelit, sementara pengembangan teknologi mencapai 383 satelit. Misi navigasi dan ilmu pengetahuan ruang angkasa menggunakan 154 dan 108 satelit, secara berurutan. Distribusi ini mencerminkan meningkatnya kebutuhan akan koneksi global dan pemantauan Bumi secara real-time.
Satelit kecil mendominasi misi-misi ini, dengan 80% satelit komunikasi dan 79% satelit pengembangan teknologi memiliki massa peluncuran di bawah 300 kg. Ketersediaan satelit yang lebih kecil dan lebih terjangkau telah memungkinkan lebih banyak negara dan organisasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan ruang angkasa, dengan satelit yang terdaftar di 105 negara atau organisasi multinasional.
Namun, peningkatan jumlah satelit juga meningkatkan risiko tabrakan dan sampah ruang angkasa. Saat ini, terdapat sekitar 3.200 tahap roket dan 13.326 potongan sampah yang dilacak di orbit, yang hanya merupakan sebagian kecil dari perkiraan jutaan potongan yang berukuran sentimeter atau lebih. Look Up Space mendeteksi hampir seribu risiko tabrakan setiap hari dengan probabilitas lebih dari satu dalam sejuta, dan antara 50 dan 100 risiko dengan probabilitas lebih dari satu dalam 100.000. Oleh karena itu, diperlukan sistem pelacakan yang lebih maju dan strategi penghindaran tabrakan untuk memastikan keselamatan dan umur panjang satelit operasional dan misi ruang angkasa masa depan.
Selain itu, peningkatan jumlah satelit juga meningkatkan kebutuhan akan teknologi yang lebih maju untuk mengelola dan mengoperasikan satelit-satelit tersebut. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan ruang angkasa dan organisasi-organisasi internasional harus bekerja sama untuk mengembangkan teknologi yang lebih maju dan strategi yang lebih efektif untuk mengelola satelit-satelit tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi beberapa kemajuan dalam teknologi satelit, termasuk pengembangan satelit kecil yang lebih terjangkau dan lebih efisien, serta pengembangan teknologi penghindaran tabrakan yang lebih maju. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan satelit, termasuk meningkatnya risiko tabrakan dan sampah ruang angkasa, serta kebutuhan akan teknologi yang lebih maju untuk mengelola dan mengoperasikan satelit-satelit tersebut.
Dalam kesimpulan, peningkatan jumlah satelit yang mengorbit Bumi menunjukkan pertumbuhan yang pesat dalam pengembangan satelit dalam beberapa tahun terakhir. Namun, peningkatan jumlah satelit juga meningkatkan risiko tabrakan dan sampah ruang angkasa, serta kebutuhan akan teknologi yang lebih maju untuk mengelola dan mengoperasikan satelit-satelit tersebut. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan ruang angkasa dan organisasi-organisasi internasional harus bekerja sama untuk mengembangkan teknologi yang lebih maju dan strategi yang lebih efektif untuk mengelola satelit-satelit tersebut.
Referensi:
[1] Look Up Space. (2024). 10,000 Satellites Now Orbit Earth.
[2] SpaceX. (2024). Starlink.
[3] OneWeb. (2024). Our Mission.
[4] Amazon. (2024). Project Kuiper.
[5] NASA. (2024). Space Debris.
[6] European Space Agency. (2024). Space Debris.
[7] United Nations. (2024). Space Debris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H