Mohon tunggu...
Mujibta Yakub
Mujibta Yakub Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Hobi Menulis, Berbagi Faedah (Manfaat), Belajar, Religi (Islam).

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Menyingkap Teori "The Dark Forest": Ancaman Tersembunyi di Alam Semesta

19 Juli 2024   08:53 Diperbarui: 19 Juli 2024   09:01 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Kurangnya Bukti Empiris: Saat ini tidak ada bukti empiris yang mendukung keberadaan peradaban alien yang bermusuhan atau terjadinya serangan preemptif di antara mereka. Teori ini didasarkan pada spekulasi dan ekstrapolasi dari sejarah dan perilaku manusia, yang mungkin tidak mewakili dinamika antara peradaban maju dalam skala kosmik.

3. Perbedaan Teknologi: Teori hutan gelap mengasumsikan bahwa semua peradaban akan memiliki kemampuan teknologi yang sebanding dan akan dapat mendeteksi dan menyerang satu sama lain dengan relatif mudah. Namun, ada kemungkinan bahwa mungkin ada perbedaan signifikan dalam kemajuan teknologi antara peradaban, sehingga sulit bagi yang kurang maju untuk menimbulkan ancaman yang kredibel bagi yang lebih maju.

4. Motivasi Alternatif: Kritikus menyarankan bahwa peradaban maju mungkin memiliki motivasi di luar sekadar bertahan hidup dan agresi, seperti rasa ingin tahu, kerja sama, atau pencarian pengetahuan. Peradaban-peradaban ini mungkin melihat manfaat dari kolaborasi dan berbagi informasi sebagai hal yang lebih besar daripada potensi risiko deteksi, yang mengarah ke komunitas kosmik yang lebih terbuka dan saling terhubung.

5. Kemungkinan Kontak Damai: Teori ini tidak mempertimbangkan kemungkinan kontak damai antara peradaban yang telah mengembangkan teknologi komunikasi maju atau telah berevolusi melampaui kecenderungan agresif. Ada kemungkinan bahwa beberapa peradaban mungkin secara aktif mencari yang lain untuk keuntungan bersama atau untuk membentuk aliansi melawan ancaman bersama.

6. Pertimbangan Etis: Beberapa kritikus berpendapat bahwa agresi preemptif yang diusulkan oleh teori ini secara moral dipertanyakan dan mungkin bukan strategi yang diterima secara universal di antara peradaban maju. Peradaban dengan kerangka etika yang kuat atau rasa tanggung jawab kosmik mungkin menahan diri untuk tidak menyerang yang lain tanpa provokasi, bahkan jika itu berarti menerima tingkat risiko yang lebih tinggi.

Hubungan dengan Paradoks Fermi

Teori hutan gelap menawarkan resolusi potensial untuk paradoks Fermi dengan mengusulkan bahwa ketiadaan peradaban alien yang terdeteksi adalah pilihan yang disengaja yang didorong oleh pemeliharaan diri. Jika peradaban maju menyimpulkan bahwa mengungkapkan keberadaan mereka adalah risiko eksistensial, mereka mungkin secara aktif menyembunyikan diri dan menahan diri dari aktivitas yang dapat mengungkapkan lokasi atau kemampuan teknologi mereka.

Perilaku ini dapat menjelaskan kurangnya bukti yang dapat diamati untuk kecerdasan luar angkasa, seperti sinyal radio, megastruktur, atau probe antarbintang. Dengan mempertahankan kesunyian radio dan menghindari ekspansi yang terlihat di luar sistem rumah mereka, peradaban dapat mengurangi kemungkinan terdeteksi oleh yang lain yang berpotensi bermusuhan.

Lebih lanjut, teori ini menyarankan bahwa bahkan jika suatu peradaban mendeteksi tanda-tanda kecerdasan lain, mereka mungkin memilih untuk tidak merespons atau memulai kontak karena takut hal itu dapat memprovokasi serangan. Ini dapat mengarah ke alam semesta di mana peradaban menyadari keberadaan satu sama lain tetapi secara aktif menghindari interaksi, menghasilkan "Kesunyian Besar" yang diamati oleh umat manusia.

Referensi

[1] Liu Cixin, "The Dark Forest" (2008).  
[2] David Brin, "The 'Great Silence': The Controversy Concerning Extraterrestrial Intelligent Life" (1983).  
[3] Fred Saberhagen, "Berserker" series.  
[4] Alastair Reynolds, "Revelation Space" universe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun