Salep berbasis DNA yang dikembangkan oleh para peneliti di Universitas Bonn menunjukkan potensi besar dalam mengobati dermatitis kontak alergi dan mungkin kondisi kulit lainnya. Dengan menggunakan aptamer untuk menargetkan dan menghambat CCL22, salep ini mampu mengurangi reaksi alergi pada kulit tikus secara signifikan. Keberhasilan ini membuka peluang baru dalam pengobatan kondisi kulit melalui manipulasi terarah dari respons imun.
Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitas dan keamanannya pada manusia, temuan ini menunjukkan bahwa salep berbasis DNA dapat menjadi alat terapi yang revolusioner dalam pengobatan kondisi kulit alergi. Dengan melibatkan aptamer yang spesifik dan efektif, pendekatan ini menawarkan metode baru untuk modulasi imun terarah yang dapat merevolusi cara kita mengelola berbagai gangguan kulit.
Referensi:
1. University of Bonn
2. Molecular Therapies - Nucleic Acids
3. LIMES Institute
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI