Mohon tunggu...
Mujibta Yakub
Mujibta Yakub Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Hobi Menulis, Berbagi Faedah (Manfaat), Belajar, Religi (Islam).

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

"Perang 100 Model": Menguak Potensi dan Tantangan Sektor AI di Cina

14 Juli 2024   11:58 Diperbarui: 14 Juli 2024   12:02 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pplx-res.cloudinary.com

"Perang Seratus Model"

Menguak Potensi dan Tantangan Sektor AI di China 

"Perang Seratus Model" di China menggambarkan persaingan sengit di antara perusahaan teknologi di negara tersebut untuk mengembangkan dan menerapkan model bahasa besar (Large Language Models atau LLMs) dalam kecerdasan buatan. Dengan lebih dari 130 model yang mencakup 40% dari total global, fenomena ini dipicu oleh keberhasilan ChatGPT dan menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai keberlanjutan serta aplikasi praktis dari model-model ini.

Pertumbuhan cepat sektor kecerdasan buatan (AI) di China telah menciptakan lanskap yang beragam dengan banyak LLM dan pelaku industri yang berbeda-beda. Hingga tahun 2023, China memiliki setidaknya 130 LLM, yang menyumbang 40% dari total global, hanya sedikit di belakang pangsa 50% yang dimiliki oleh Amerika Serikat. 

Raksasa teknologi seperti Tencent, Baidu, Alibaba, dan Huawei berada di garis depan revolusi AI ini, bersaing dengan banyak startup lainnya. Pasar juga mengalami lonjakan dalam "LLM khusus industri" yang menghubungkan ke model inti, memperluas variasi penawaran. Namun, proliferasi ini menimbulkan kekhawatiran tentang alokasi sumber daya yang efisien dan aplikasi praktis dari model-model ini dalam kehidupan sehari-hari.

Kemunculan cepat LLM di China telah menyebabkan pasar yang sangat jenuh, dengan setidaknya 130 model yang mencakup 40% dari total global. Proliferasi ini mengakibatkan pengeluaran sumber daya yang signifikan, terutama dalam hal daya komputasi, karena banyak model yang sebenarnya sangat mirip satu sama lain. 

Persaingan yang sangat ketat ini telah memicu perang harga, di mana perusahaan seperti ByteDance, Alibaba, dan Baidu memangkas harga layanan berbasis LLM secara drastis untuk menarik pengguna. Meskipun banyaknya model yang ada, banyak dari mereka kesulitan menemukan model bisnis yang layak dan aplikasi praktis, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan pertumbuhan ini.

Persaingan ketat di sektor AI China juga diperparah oleh ketegangan geopolitik dan tantangan ekonomi. Sanksi AS terhadap chip AI telah menghambat akses perusahaan-perusahaan China ke perangkat keras yang sangat penting, sehingga memperlambat pertumbuhan sektor ini.

Selain itu, dana dalam bentuk dolar AS telah mengurangi investasi pada proyek AI tahap awal di China, memperburuk tekanan finansial. Faktor-faktor ini memaksa perusahaan-perusahaan China untuk berinovasi secara domestik, yang berpotensi mengarah pada swasembada dalam teknologi kritis. Namun, pembatasan ini juga mengancam untuk menyingkirkan perusahaan kecil yang inovatif, yang berpotensi memperlambat laju kemajuan terobosan dari China.

Para ahli memprediksi konsolidasi signifikan di pasar AI China, di mana hanya perusahaan-perusahaan terkuat yang kemungkinan akan bertahan. Tren ini diperkirakan akan mencerminkan sektor teknologi lainnya di mana skala dan modal sangat penting. Perusahaan dengan basis pengguna besar dan penawaran layanan yang beragam, seperti Alibaba, Tencent, dan Baidu, dipandang memiliki keuntungan karena ekosistem mereka yang sudah mapan. 

Para pemimpin industri, termasuk CEO Baidu Robin Li, menyerukan pergeseran fokus menuju pengembangan aplikasi AI yang praktis daripada terus-menerus menyempurnakan teknologi dasar. Fokus pada aplikasi dunia nyata ini dipandang sebagai kunci untuk menentukan momen kritis AI dan potensinya untuk mendorong perubahan luas di berbagai industri.

Dalam konteks "Perang Seratus Model," China memperlihatkan ambisi besar dalam memajukan teknologi AI-nya. Namun, perjalanan ini tidaklah mudah, mengingat berbagai tantangan yang dihadapi. Sementara perusahaan-perusahaan besar mungkin memiliki sumber daya untuk bertahan dan berkembang, nasib perusahaan-perusahaan kecil dan startup tetap menjadi tanda tanya besar. 

Dengan persaingan yang semakin ketat dan tekanan dari faktor eksternal, masa depan AI di China sangat bergantung pada kemampuan industri untuk beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan tersebut.

Di tengah tekanan geopolitik, sektor AI di China berusaha untuk menjadi mandiri. Pembatasan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dalam hal teknologi dan investasi telah memaksa China untuk mempercepat inovasi dan pengembangan teknologi dalam negeri. Ini bisa jadi kesempatan bagi China untuk mengembangkan teknologi yang lebih canggih dan menjadi pemimpin dalam bidang AI di masa depan. Namun, tanpa akses ke beberapa teknologi dan sumber daya internasional, tantangan besar tetap ada, terutama dalam hal mengembangkan hardware yang diperlukan untuk mendukung AI yang canggih.

Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah China juga telah mengambil langkah-langkah proaktif dengan mendukung penelitian dan pengembangan dalam negeri melalui berbagai program dan insentif. Mereka berfokus pada pengembangan ekosistem yang mendukung kolaborasi antara universitas, lembaga penelitian, dan industri untuk mempercepat inovasi. Selain itu, perusahaan-perusahaan teknologi besar di China juga semakin mengarahkan investasi mereka pada proyek-proyek penelitian yang bertujuan untuk mengatasi ketergantungan pada teknologi asing.

Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, sektor AI di China menunjukkan potensi yang sangat besar. Dengan basis pengguna yang luas dan kecepatan adopsi teknologi yang tinggi, China memiliki posisi yang kuat untuk menjadi pemain utama dalam revolusi AI global. Inovasi dalam AI tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga transportasi.

Di masa depan, kita dapat mengharapkan lebih banyak lagi terobosan dari sektor AI di China. Dengan fokus pada aplikasi praktis dan keberlanjutan jangka panjang, perusahaan-perusahaan AI di China memiliki peluang besar untuk tidak hanya bertahan dalam persaingan global tetapi juga memimpin dalam pengembangan teknologi yang akan mengubah dunia. Melalui kerja keras dan inovasi yang berkelanjutan, China berpotensi untuk memperkuat posisinya sebagai salah satu pusat inovasi teknologi terkemuka di dunia.

Demikianlah, "Perang Seratus Model" di China merupakan refleksi dari ambisi besar dan tantangan yang dihadapi dalam upaya menjadi pemimpin global dalam teknologi AI. Sementara jalan ke depan penuh dengan rintangan, potensi yang ada sangat besar, dan dengan strategi yang tepat, China dapat mencapai tujuan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun