Mohon tunggu...
Almunauwar Bin Rusli
Almunauwar Bin Rusli Mohon Tunggu... -

Almunauwar Bin Rusli lahir di Kotamobagu 18 Februari 1994. Saat ini berstatus sebagai Mahasiswa Pascasarjana UII Yogyakarta Bidang Studi Islam Konsentrasi Pendidikan Islam. Almunauwar Bin Rusli tinggal di Perumahan Griya Tugu Mapanget Blok B2 Nomor 18 Manado, Sulawesi Utara. Kontak : 082292011859

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Spirit Natal Dalam Konteks Lokal di Kota Manado

22 Desember 2015   11:48 Diperbarui: 22 Desember 2015   19:26 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

A= appreciate. Ini adalah soal membangun tradisi menghargai. Salah satu sebab mengapa Jepang bisa semaju sekarang adalah karena menjaga tradisi ini, khususnya terhadap waktu dan hasil kerja. Setiap agama, termasuk Kristen sendiri mengajarkan untuk selalu menghargai bahkan memuliakan sesama baik dari sisi keyakinan, pemikiran, pendapatan, dan pekerjaan. Meminjam istilah Dr. Sam Ratulangi, “Si tou timou tumou tou”. Yakni, manusia hidup untuk memanusiakan manusia yang lain. Jika tradisi menghargai senantiasa dipraktekkan dalam momen perayaan hari besar keagamaan seperti ini, maka kemungkinan besar akan menjadi simbol kebanggaan khas masyarakat lokal.

L= long term memory. Melihat Natal merupakan adat keagamaan Kristiani yang dilakukan terus menerus dalam waktu yang panjang, maka sebagai pemeluk agama seharusnya kita mampu menangkap pesan filosofis dari peristiwa ini. Yaitu, kita wajib berpikir dan mengingat dengan model jangka panjang. Sebelum melaksanakan atau memutuskan persoalan, kita bisa menggunakan analisis SWOT. (Strenghten = Kekuatan. Weakness = Kelemahan. Opportunity = Peluang. Threat = Ancaman). Melalui analisis ini, setiap pemeluk umat beragama di Manado dapat memilih jalan yang terbaik guna menghadapi tantangan globalisasi dan modernitas.

Sebagai penutup, saya ingin mengatakan bahwa agama bukanlah sekedar jalan yang kita pilih dan yakini, tetapi berusaha untuk menghidupkan jalan itu dalam karya dan prestasi demi meraih keridhoan-Nya. Agama mengajarkan kepada kita untuk berinovasi dalam bimbingan Tuhan, bukan justru saling menghukum atau terpenjara dengan simbol-simbol masa lalu. Saat ini, orang tidak akan menanyakan lagi apa agama atau sukumu, namun apa keterampilanmu. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun