Pada tahun 2022 bulan september yang lalu tepatnya pada tanggal 21 saya sebagai seorang mahasiswa mewakili kampus saya STMIK Profesional Makassar yang berada di Kota Makassar Sulawesi Selatan mengikuti program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yaitu Pertukaran Mahasiswa Merdeka atau biasa di singkat PMM bertukar ke tanah Sang Bumi Ruwa Jurai (Kota Bandar Lampung) yang terletak di Provinsi Lampung Pulau Sumatera.
Tentu ini menjadi pengalaman yang sangat luar biasa yang saya rasakan sebagai mahasiswa yang masih Semester 5 Waktu itu, karena secara budaya, kehidupan sosial dan kebiasaan masyarakatnya berbeda dengan tempat saya berasalh yaitu Makassar yang sukunya dalah suku Makassar.Â
Di lampung sendiri terdapat 2 suku asli lampung yaitu suku sibatin yang umumnya mendiami pesisir provinsi lampung dan suku pepadun yang umumnya mendiami pegunungan yang ada di Provinsi lampung.Â
Namun yang menarik dari provinsi ini adalah banyaknya suku pendatang yang sudah bertempat di lampung sejak puluhan tahun alamanya. Terutama ketika terjadinya Transmigrasi besar-besaran di zaman pemerintahan presiden soeharto, suku-suku dari luar yang paling banyak mendiami provinsi lampung adalah Suku Jawa, Sunda dan Bali.
Awalnya saya berfikir kalau saya adalah peserta terjauh yang datang ke Universitas Teknokrat Indonesia ternyata setibanya disana ada pula mahasiswa yang berasal dari maluku bahkan papua dan sebanyak 103 mahasiswa yang berasal dari 59 almamater yang berbeda serta 11 provinsi yang berbeda pula, terbentuklah suatu perkumpulan mahasiswa dengan keaneka ragaman agama,suku, bahasa, budaya, logat dan lain sebagainya.Â
Bukannya keberagaman itu menjadi penghambat untuk menjadi rukun ternyata kebaragaman itu justru menjadi sesuatu yang menarik karena kita bisa saling bertukar cerita satau sama lain tentang daerah dari mana kita berasal. Bahkan saya sering  mengatakan kalau pada momen ini seakan-akan kita berkeliling indonesia tapi tidak kemana-mana ketika mendengar para teman-teman dari daerah lain menceritakan budaya yang ada di daerah meraka masing-masing.
Kegiatan yang sangat unik dan menarik serta banyak manfaat yang di ambil dari pelaksaannya terutama tentang pluralisme karena di Negara Kita Indinesia ini masyarakatnya sangat beragan bukan hanya dari bahasa tapi juga agama adat budaya dll.Â
Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS tahun 2010, gama di Indonesia yang diakui terdiri dari enam yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keberadaan 6 agama tersebut menciptakan corak yang berbeda-beda, mulai dari kitab suci, tempat ibadah, hari besar hingga budaya.Â
Kami bertukar selama 1 semester atau 6 bulan berada di kampung orang jauh dari orang tua dan keluarga namun pihak dari kampus Universitas Teknokrat Indonesia sudah benar-benar siap untuk mengurus para mahasiswa yang bertukar kekampus mereka, pada saat saya berada di lampung yang jauh dari kampung halaman saya merasa seperti tidak jauh dari keluarga karena meraka mengurus kami begitu baik dan saya yakin 102 teman saya yang lain juga merasakan hal yang sama, dalam tulisan ini saya ucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pengurus kampus yang ada di Univeritas Teknokrat Indonesia Terutama bapak rektor yang kami banggakan Dr HM Nasrullah Yusuf SE MBA yang mana beliau sangat-sangat memberikan pelayanan yang baik terhadap peserta PMM serta sesekali beliau mengobrol secara langsung dengan para mahasiswa PMM.
Kegiatan yang dilakukan dalam program ini selain belajar secara formal di kampus Universitas Teknokrat Indonesia, para dosen Modul nusantara juga sudah menyimpaikan rangkaian kegiatan yang akan di lakukan padah weekend yaitu mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di Lampung, belajar bahasa daerah, membatik, melukis, mengunujungi museum dan banyak lagi kegiatan kebuadayaan yang sudah dijadwalkan oleh para dosen modul nusantara yang telah ditunjuk oleh pihak kampus, dosen modul nusantara saya bernama M. Ghufroni An'Ars, S.Pd., M.Pd. mungkin salah satu dosen yang paling muda di Universitas Teknokrat Indonesia namun beliau sangat-sangat bertanggung jawab terhadap para mahasiswa dibawah bimbingan beliau yang berjumlah 20 orang.
Mungkin itulah sedikit kisah perjalanan saya selama mengikuti program PMM sungguh pengalaman baik yang akan dikenang selamanya sesuai dengan motto PMM "Bertukar Sementara Bermakna Selamanya". Dimanapun kita berada harus tetap memegang prinsip dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung karena kebragama itu keunikan, keberagaman itu bukan batasan. Terima Kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H