Jika pun nanti Demokrat bergabung ke dalam koalisi PDI-P, PPP dan sejumlah partai gurem lainnya atau Koalisi Indonesia Maju yang dimotori Gerindra, Golkar dan PAN, maka bargaining yang paling masuk akal adalah "AHY harus mendapatkan kursi Menteri". Demokrat dan AHY tidak perlu lagi memaksa kehendak "AHY harus Cawapres" karena itu sangat tidak mungkin, kecuali mereka mau membangun poros koalisi baru, itu pun dengan syarat mampu mengajak PKS atau PPP untuk bergabung.
Demokrat harus menerima kenyataan bahwa peluang paling masuk akal untuk Ketua Umum-nya kini hanyalah kandidat calon menteri. Dan, kementerian yang paling cocok adalah Menteri Pemuda dan Olahraga (Mempora), Kementerian yang dulu pernah diduduki kader Demokrat. Dan, jabatan menteri untuk AHY bukanlah degradasi, melainkan kesempatan untuk membuktikan bahwa AHY memang sosok calon pemimpin di masa depan.
Dengan menjadi menteri, AHY pun bisa belajar membuat keputusan dan tentu saja belajar menjadi pribadi mandiri. AHY perlu melepaskan image yang melekat padanya sebagai 'anak papi' seperti diyakini oleh lawan politiknya. Ini penting untuk membuktikan bahwa dirinya bukan calon pemimpin yang labil dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Ingatlah, memilih presiden itu tidak hanya dalam Pilpres 2024. Gagal menjadi kandidat dalam Pilpres kali ini bukanlah dunia sudah kiamat. AHY masih memiliki peluang untuk bertarung dalam Pilpres 2029. Saat ini, terima saja peluang kerjasama dengan koalisi yang ada yang menawarkan kursi menteri. Lalu, bekerja sebaik mungkin dan buktikan pada masyarakat bahwa Anda bisa bekerja. Siapa tahu nanti dalam Pilpres 2029, nama Anda patut diperhitungkan sebagai salah seorang kandidat Capres. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H