Mohon tunggu...
Taufik Al Mubarak
Taufik Al Mubarak Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tukang Nongkrong

Taufik Al Mubarak, blogger yang tak kunjung pensiun. Mengelola blog https://pingkom.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Retorika ala Marcus Tullius Cicero

21 Maret 2023   00:24 Diperbarui: 21 Maret 2023   00:31 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam buku Retorika Modern (Februari, 2006), Jalaluddin Rahmat menulis bahwa untuk menyampaikan pidato yang lebih efektif, kita tidak hanya memerlukan kepercayaan diri dan kredibilitas, melainkan juga ketrampilan.

Konon, di zaman Romawi dan Yunani kuno, orang-orang yang ingin berlatih pidato atau retorika, biasanya mengasingkan diri ke gua, ke pinggir laut atau di puncak gunung. Mereka berlatih berbicara dan olah vokal dengan berbagai cara. Karena tak ada orang yang mendengarkan, mereka dapat berbicara dengan bebas, mengatur irama dan kekuatan suara. Kalau hal ini dilakukan sekarang pasti orang tersebut akan dianggap gila.

Lalu, bagaimana tips belajar retorika ala Marcus Tullius Cecero yang dianggap sebagai peletak dasar seni retorika? Seperti kita baca dalam sejumlah literatur, Cicero adalah seorang orator yang sangat dihormati di masa Romawi Kuno. Cicero ini dikenal sebagai ahli retorika terbaik yang pernah dimiliki Romawi: ia memiliki kemampuan di atas Quintus Hortensius Hortalus atau bahkan Julius Caesar.

Hortensius, misalnya, dikenal sebagai penganut aliran retorika terkemuka masa itu dengan menguasasi metode Asiatik: gaya rumit dan berbunga-bunga, penuh frase angkuh dan irama berdenting, penyampaiannya disertai dengan mengayun-ayunkan tubuh dan berjalan mondar-mandir.

Dalam novel Imperium, Robert Harris, sang penulis mengungkapkan bahwa Cicero mencari semua guru Hortensius demi mempelajari kiat-kiat retorika yang digunakan Maestro Menari itu, seperti Menippus dari Stratonikeia, Dionysius dari Magnesia, Aeschylus dari Knidos, Xenocles dari Adramyttium. Setelah merasa cukup menguasai metode Asiatik, Cicero pun ingin belajar lebih mendalam lagi tentang retorika di sekolah Apollonius Molon.

Molon adalah seorang pengacara bertubuh gempal yang berasal dari Alabanda, kerap membela para terdakwa di pengadilan-pengadilan Romawi dan pernah diundang berbicara di senat dalam bahasa Yunani, dan kemudian memilih pensiun ke pulau Rhodus dengan membuka sekolah retorika.

Metode retorika yang diajarkan di sekolah milik Molon ini berbeda dengan metode Asiatik. Teori retorika Molon sederhana saja: jangan terlalu banyak bergerak, tegakkan kepala, jangan menyimpang dari inti pembicaraan, buat mereka tertawa, buat mereka menangis, dan setelah kau memperoleh simpati mereka, duduklah cepat-cepat. "Tak ada yang mengering lebih cepat daripada air mata," kata Molon [Imperium: 18]

Hal pertama yang dilakukan Molon untuk meningkatkan kemampuan berbicara Cicero adalah memberikan asupan gizi makanan yang cukup: semangkuk telur rebus dengan saus ikan bilis, lalu sepotong daging merah bakar plus susu kambing. "Buluh lemah tak mungkin bisa menyuarakan nada yang perkasa," kata Molon. Selanjutnya, Molon memberi latihan fisik untuk Cicero. Menurutnya, berbicara di dalam forum itu sebanding dengan berlomba lari.

Begitulah cara Cicero belajar retorika, seperti ditulis Robert Harris dalam novel Imperium. Meski kisah itu berasal dari sebuah novel, tapi sang penulis mengaku dirinya melakukan riset mendalam tentang kehidupan Cicero ini. Dibaca sekilas, novel ini memang lebih mirip biografi dibandingkan karya fiksi. Boleh jadi karena novel tersebut digarap berdasarkan based on true story. []

*Note: versi yang lebih panjang sudah pernah penulis posting di blog penulis: Jumpueng!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun