Liputan Perang Vietnam
Seperti sudah disinggung di atas, Bigart tidak lama meliput di negara Ho Chi Minh, itu. Ia hanya sebulan berada di Saigon, dan Neil Sheehan selalu bersamanya. Dalam waktu empat pekan, itu Sheehan banyak mempelajari tentang metode tabula rasa atau portable ignorance (ketidaktahuan portable) Bigart. Kata Sheehan, jurnalis lain hanya mempersiapkan diri alakadarnya ketika diajak oleh militer Amerika meliput ke desa-desa.
"Sebelum kami turun ke lapangan, Homer meneliti pertanyaan yang akan diajukan ke para penasehat Amerika," katanya. Dia akan bertanya, apa yang ingin anda temukan, berapa unit di area, dari kesatuan mana. Dan, kenang Sheehan, pertanyaan Bigart itu tidak akan habis-habisnya.
Seusai meliput ke lapangan itu, dalam perjalanan pulang ke Saigon, Sheehan sempat mengeluh bahwa dua hari liputan ke desa itu sia-sia saja dan tidak ada satu pun cerita menarik. "...Demi Tuhan, Homer, kita menghabiskan dua hari berjalan melewati persawahan padi dan kita tak punya satupun cerita," Sheehan mengeluh ke Homer Bigart.
Bigart lalu memandang jurnalis muda itu dan mengatakan, "Kamu belum mengerti, ya? Mereka gagal. Program ini tak berjalan," katanya seperti dikutip Kovach dan Rosenstiel dalam Blur.
Alhasil, laporan reportase yang ditulis Bigart berbeda dengan tulisan reporter lain termasuk dari Associated Press (AP). Jika media lain memuat cerita berdasarkan pengarahan dari militer, maka Bigart menulis berdasarkan reportase lapangan. Dia membangun laporan lapis demi lapis berdasarkan kejadian yang disaksikan langsung, dipadu dengan fakta lain yang diperoleh dari para tentara yang sedang berperang.
Praktis tak ada fakta dari tangan kedua dalam laporan reportase Bigart, karena dia lebih percaya pada apa yang disaksikannya langsung alih-alih mendengar klaim pejabat militer dalam pengarahan pers. Bigart menunjukkan bukti bahwa Amerika telah kalah dalam perang Vietnam, seperti yang kini kita ketahui.
"...Itulah Homer, tak mau menerima apapun begitu saja," kenang Sheehan, jurnalis yang kemudian menjadi salah satu andalan The Times.
Apa yang dapat kita pelajari dari metode Bigart? Sebagai jurnalis, hendaknya kita tidak menelan bulat-bulat pernyataan dan omongan narasumber. Jika berkesempatan mewawancarai mereka, bersikaplah 'seolah-olah bodoh' dengan bertanya apapun. Verifikasi dan uji ucapan dia dengan fakta yang bisa kita cari dari sumber lain. Ingatlah, wartawan itu memang kerjanya mengetik dan menulis berita, tapi bukan cuma menjadi tukang ketik pejabat! []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H