Saat tiba di kost, keadaan sudah sepi. Saya kemudian meminta kunci sama ibu kost (kami sering menitip kunci sama dia). Menjelang waktu berbuka, saya makin gelisah. Soalnya, saat pulang tadi saya tak membeli makanan untuk berbuka. Di rumah persediaan beras sudah habis.
“Bakal berbuka dengan air putih nih,” gumam saya dalam hati. Apalagi, Ibu kost yang sempat menawari makanan berbuka saya tolak dengan halus, meski dalam hati menyesal banget.
Dugaan saya benar. Saya terpaksa berbuka dengan air putih, itu pun air dari keran. Soalnya di kost tak ada dispenser. Untuk kebutuhan air biasanya kami memasak air keran atau beli air mineral. Seumur-umur baru sekali itu saya berbuka dengan air keran. Asyik, bukan?
Ketika teman-teman pulang, saya ceritakan kejadian itu sama mereka. Mereka kaget bukan kepalang. Soalnya mereka sudah mengirim SMS dan memberitahu bahwa ada uang Rp5 ribu yang diselipkan di kantong baju di gantungan. Mereka menitipkan uang itu untuk modal membeli makanan berbuka. Tapi, saya merasa tak ada SMS masuk dari mereka.
“Duh, gara-gara SMS gagal masuk, saya harus buka puasa dengan air keran.” Mereka pun tertawa. Tapi untungnya, besoknya saya bisa berbuka di Hotel Indonesia. Semoga pengalaman ini menginspirasi teman-teman yang akan menjalani ibadah puasa di Jakarta. Jangan ulangi kesalahan konyol yang sama. Cukup saya saja. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H