Semakin dewasa kita belajar tentang banyak hal, bukan bertujuan meraih prestasi semu, tepuk tangan sekilas bukan juga agar peran kita menonjol dipanggung.
Ini bukan kemunafikan, dalam perjalanan menuju tahu terkadang kita harus menyimpan bumbu dapurmu, ringkasnya jangan menunjukkan kebenaranmu tapi rumongso ora iso akan menjadi rezeki untuk pintu-pintu selanjutnya, agar kita mampu mengali sudut pandang dari berbagai sisi dan tafsiran. Hidup ini terlalu kompleks jika menerapkan satu prinsip, Sehebat-hebatnya  manusia adalah mereka yang mampu bertahan di kondisi tersulit bukan paling cepat berbunga dan dinikmati sesaat.
Banyak belajar kepada siapapun akan membuat kita tidak hanya pandai bercerita tapi mampu ikut merasakan berbagai pakem setiap peran.
Jika sesuatu saat nanti kita berganti topeng dan jalan cerita diubah oleh sang dalang agung, kita tidak akan kaget.
Belajar jadi apapun, bukan untuk sebagai ahli ya setiap orang punya kodratnya masing. Ada yang jadi satria, senopati, guru, adipati dan kawulo cilik.
Sering mungkin kita terlalu banyak mengeluh kenapa kita disuruh memainkan menjadi tokoh sampingan, bahkan hanya untuk penghibur bukan sebagai tokoh utama yang dielu-elukan.
Jika kau masih mencari kenapa Tuhan memilihmu untuk hidup di dalam drama serumit ini. semar dengan sederhana mengatakan jika sekarang jadi pemimpin jadi pemimpin yang baik, jika kau sekarang menjadi petani jadilah petani yang baik. Intinya berikan yang terbaik menurut versi dan profesimu.
Kita tidak tahu peran kita setelah panggung ini selesai, seusai tirai ditutup atau ada pemain yang mengantikan kita, disitulah kita harus memperkaya sudut pandang, mencoba memakai banyak topeng agar kita tidak dimasukan ke dalam kotak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H