Pasti kau akan mengira akhir dari cerita ini pertobatan diriku, meminang azizah berumah tangga hidup bahagia dan pulang ke halaman rumah dan menemui makam ayahku yang mati sebab penyakit kotor, aids dan HIV, tapi perkiraanmu melesat jauh, aku dan azizah tetap sama dengan hari-hari seperti biasa, terakhir cassia mempertemuakan dengan di taman balai kota bersama tiga temannya, dan kami mengikarkan janji untuk ke tahap berikutnya.
Tapi aku tidak tahu lagi ending dari novel yang kau buat, cassia. Tiba-tiba azizah menghilang dengan sendiri. Alasanmu kalau engkau tidak tega perempuan sebaik azizah menikah dengan seorang pezina malam, apa mungkin kau merasa berdosa berselisih dengan ayat al quran bahwa perempuan baik untuk lelaki baik, atau kau sendiri yang menikahinya atas rasa keputusasaanmu dalam mencintai seseorang.
cassia adalah pengarang yang pandai menciptakan tokoh ciptaannya dengan molek, dengan rekaan jelmaanmu sendiri. cassia benarkah kau pernah merasakan rasa sakit seperti yang kau tuliskan, sebagian penulis kerapkali berbohong kalau dia menulis hanya cerita fiktif padahal nyatanya mereka menulis untuk melegakan perasaan dan mengobati  sakit jiwanya.
Tidak penting sebuah novel harus di akhiri, yang terpenting bagimu, cassia. Kalau kau akan menikahi azizah -sebuah tokoh yang kau ciptaanmu sendiri-, setelah di dunia nyata kau gagal mendapatkankanya, sekali lagi penulis adalah seorang gila merubah takdirnya lewat imajinasinya.
03-05-19
Al mualif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H