Mohon tunggu...
Agung Laksono
Agung Laksono Mohon Tunggu... Guru - Putune mbah nun

Tulisanku terkadang kontradiksi dari yang kita imani sebagai norma selama ini tapi sebenarnya itu hanya sebuah paradoks yang merepresentasikan kehidupan dari sudut pandang yang jarang dilirik, memaknai peristiwa bukan sekedar menceritakan kejadian. Agung Laksono

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Mencintai Penyair

28 Mei 2019   10:36 Diperbarui: 28 Mei 2019   10:49 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebaiknya jangan mencintai penyair lagi

Aku mengheningkan sajak sedikit lama

Yang Kau beri tanda tanya tak berkesudahan
 aku dilumat titik penghabisan
Apakah harus mengulang kata yang pernah sama ?
Tentu aku tidak suka puisi klise
Cukup kita ditakdirkan  rima
Rima adalah pengakhiran yang adil bernama Luka
Sajak kita diawali klausa berulang
Pernah tertawa riang renyah
Tapi kini kau pergi pada kepergian
Yang tak kuharapkan kembali

Almualif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun