Dalam roleplaying seorang individu tentunya memiliki apa yang ada disebut dengan front stage dan backstage yang mana manusia berinteraksi dan ia akan memilih peran mana yang dijalankan. Ini termasuk ke dalam teori dramaturgi yang diungkapkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959. Individu akan memilih identitas lain yang berbeda dengan dirinya di dunia nyata dan akan memerankan karakter idol.
Identitas diri yang dibangun oleh individu di dalam dunia roleplay ini tentunya sangat berbeda dengan identitasnya yang ada di kehidupan nyata. Individu memainkan peran idola yang dipilihnya untuk menjadi karakter roleplay nya ini biasanya mengikuti sifat dari idol tersebut.Â
Idol yang merupakan seorang artis yang kesehariannya melakukan konser dan bergaya hidup mewah ini berbanding terbalik dengan individu itu sendiri. Sikap ini dikategorikan sebagai alter ego karena alter ego merupakan kepribadian lain yang ditampilkan yang berbanding terbalik dengan kehidupan nyata.
Biasanya para roleplayer bermain peran dengan cara saling bertukar pesan di direct message, update character dengan tujuan memberikan informasi terbaru tentang idol-nya, dan lainnya. Kegiatan yang dilakukannya ini tentu saja tidak menggunakan identitas aslinya. Individu ini sebisa mungkin harus menutupi identitas agar tetap memainkan dalam perannya sebagai karakter idol yang dipilihnya.
Pembentukan identitas yang dibangun oleh individu ini juga termasuk tidak mudah dan membutuhkan waktu. Individu dianjurkan untuk mempelajari sifat idol yang dipilihnya, baik dari sifat-sifat yang ditunjukkan selama video blog, acara-acara reality show, konser, atau kegiatan apapun yang memberikan informasi mengenai sikap si karakter tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat mendalami peran individu untuk melakukan roleplaying.
Kesimpulannya, dalam kegiatan roleplaying, individu memainkan peran yang berbeda dengan identitas sehari-hari mereka, seiring dengan konsep teori dramaturgi Erving Goffman yang membagi perilaku manusia menjadi front stage (laman depan) dan backstage (laman belakang). Mereka sering memerankan karakter idola mereka, yang menciptakan sebuah alter ego dengan sikap dan tindakan yang berkontras dengan kehidupan nyata mereka. Interaksi antar roleplayer melibatkan pesan langsung dan pembaruan karakter, sementara menjaga kerahasiaan identitas asli mereka.
Proses pembentukan identitas dalam roleplaying memerlukan waktu dan dedikasi, termasuk pembelajaran karakter idola melalui berbagai sumber seperti video blog, acara reality show, dan konser. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman roleplay yang otentik. Keseluruhan, kegiatan roleplaying adalah contoh bagaimana individu menciptakan dan mengelola identitas alternatif yang unik dalam sebuah permainan, yang merupakan bagian integral dari daya tarik roleplaying.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H