Diagram 1. Profil SBN Jatuh Tempo 2021 -- 2071, Rp Triliun
Sebagai perbandingan, dibawah ini disajikan Postur SBN jatuh tempo berdasarkan dua titik proyeksi: (i) 01 Januari 2012 dan (ii) 24 Juni 2021. Maksudnya (i) adalah data SBN yang sudah terjual/diterbitkan hingga 01 Jaunari 2012 dan (ii) untuk yang sudah terjual/diterbitkan hingga 24 Juni 2021. Periode observasi sama yaitu 2021 -- 2034.
Postur (i) berubah sangat drastis dibandingkan dengan Postur (ii), seperti disajikan pada Diagram 2 dibawah ini. Postur (ii) akan berubah menjadi super drastis ketika dibuat forecasting jatuh tempo SBN yang diperkirakan akan diterbitkan dalam periode mendatang.
Diagram 2, Perbandingan Profil SBN Jatuh Tempo Posisi 01 Jan 2012 Vs Posisi 24 Juni 2021
FORECASTING SBN JATUH TEMPO HINGGA 2034
Diagram 1 diatas akan berubah secara drastis mengingat sejauh ini APBN selalu defisit (pengeluaran pemerintah selalu lebih besar dari penerimaan pemerintah). Defisit ini semangkin membesar karena antara lain program pembangunan insfrastruktur Presiden Jokowi. Lebih mendebarkan lagi, defisitnya menjadi super super besar karena krisis Pandemi Covid-19, di satu sisi, dan tidak terlihat adanya indikasi efisiensi pengeluaran negara, di lain sisi.
Berdasarkan data runtun waktu sebelum Pandemi Covid-19, data tahun 2010 hingga 2019, penulis menggunakan asumsi konservatif untuk proyeksi nilai rupiah tambahan SBN jatuh tempo mulai tahun 2022 hingga 2026. Asumsi konservatif pertama yang digunakan tersebut adalah Rp50 triliun rata setiap tahunnya (2022 -- 2026). Asumsi konservatif kedua adalah tambahan rata sebesar Rp5 triliun untuk SBN jatuh tempo dalam periode 2027 -- 2034. Diagram 3 dibawah ini menyajikan Forecasting Postur SBN jatuh tempo 2021 -- 2034 berdasarkan modifikasi Proyeksi SBN Jatuh Tempo Kemenkeu pada posisi 24 Juni 2021 dengan tambahan asumsi konservatif pertama dan asumsi konservatif kedua.
 Diagram 3, FORECASTING SBN JATUH TEMPO 2021 - 2034