Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perlu Nomenklatur Suku Baru di Sensus Penduduk 2020

19 Februari 2020   10:26 Diperbarui: 20 Februari 2020   14:36 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampanye Sensus Penduduk Online 2020. Sumber: RRI.com

Suku Baru

Dalam sensus penduduk 2020, ada (masih ada?) pertanyaan tentang suku responden. Isu nama suku ini disajikan pada sub topik terakhir artikel ini. Disini penulis menyatakan sedikit bingung memilih suku kedua anak kami. Mereka berdua yang dilahirkan dan dibesarkan di Bogor, Jawa Barat dari ayah (penulis sendiri) suku Sekayu (Palembang) dan ibu suku Sunda, bukan penutur bahasa Sunda yang aktif. Mereka juga masing-masing tidak begitu paham dengan bahasa Palembang lebih-lebih lagi bahasa Sekayu. Sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah mereka berdua dan kami berdua juga menggunakan bahasa Indonesia.

Sekedar memenuhi keperluan sensus ini, mereka berdua saya daftarkan sebagai suku Sekayu. Namun, isteri tidak begitu setuju sebab menurutnya mereka berdua itu dilahirkan dan dibesarkan di bumi Sunda. Selain itu, mereka lebih banyak pahamnya dengan bahasa Sunda dibandingkan dengan Bahasa Sekayu dan Palembang. Apa betul ini?

Dalam kaitan ini, ada komen bagus dari Pak Tjip. Beliau ini Kompasianer senior dengan nama lengkap Tjiptadinata Effendi dan sudah lama bermukim di Australia. Pak Tjip juga bingung dengan nama suku cucu-cucu mereka. Ini disebabkan mereka itu berdarah Cina, silang dengan Nias dan silang lagi dengan Jawa.

Penulis juga ingat dengan cucu-cucu beberapa kolega saya. Mereka itu memiliki darah Palembang, Jawa dan Cina serta beberapa Amerika Serikat. Wong mano dio itu lur? 

Di kawasan Puncak, Jawa Barat, lebih seru lagi. Banyak generasi dengan usia sekolah sekarang ini memiliki darah Arab, Sunda, dan suku-suku lain di Indonesia. Suku apa mereka itu yang paling tepat?

Tentu saja dalam mengisi sensus penduduk 2020 ini, orang tua mereka akan menulis asal saja. Sekedar melengkapi persyaratan sensus. 

Ini sebaiknya diluruskan. Pemerintah perlu melakukan koreksi atas jawaban yang asal-asalan tersebut. Ini penting untuk validasi jumlah anggota setiap suku secara nasional.

Penulis usulkan ada nomenklatur suku baru yaitu Suku Indonesia. Suku ini untuk orang-orang seperti anak cucu diatas.

Berita WAG Ketua RW

Beberapa hari yang lalu terbaca di WAG RW kami file gambar himbauan untuk mengikuti sensus penduduk online 2020. Selain itu, ah ingat beberapa hari yang lalu ada talk show tentang ini di Tv. Juga penulis sekilas melihat Vlog Gubernur Sumsel terkait ajakan untuk mengikuti sensus penduduk online tersebut.

Semalam file gambar kampanye Sensus Penduduk Online itu sempat penulis baca. Ternyata gampang sekali dan yang diperlukan hanya KK saja. Tidak akan lebih dari 15 menit untuk isi dan kirim formulir sensus itu. File gambar tersebut disajikan dibawah ini.

Panduan Pencatatan Online. Sumber: BPS
Panduan Pencatatan Online. Sumber: BPS
Sensus Penduduk Online lebih nyaman

Sensus penduduk online ini rasanya akan lebih nyaman disebabkan waktu yang lebih pendek dibandingkan cara pencatatan konvensional yang dilakukan selama ini. Selain itu waktu yang digunakan lebih fleksibel. Kita bisa melakukan kapan saja dan lebih-lebih dimana saja.

Kapan saja itu maksudnya dalam perspektif 24/7, atau, dalam waktu 24 jam satu hari dan 7 hari dalam seminggu. Namun, periode survei online ini dibatasi dari 15 Februari - 31 Maret 2020.

Menurut Admin Kompasiana, target sensus penduduk online 2020 BPS adalah 23%. Maksudnya 23 persen rumah tangga akan melakukan pencatatan daring. Target yang cukup konservatif mengingat jumlah pemilik smart phones di Indonesia sekarang sudah lebih 100 juta orang.

Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang.

Jumlah penduduk Indonesia sekitar 265 juta dan dengan demikian sekitar 53 juta rumah tangga. Dengan target 23 persen itu berarti menargetkan yang ikut pencatatan daring hanya 12 juta rumah tangga.

Bagi Panduan Sensus Penduduk Online ke WAG

Penulis yakin semua Kompasianer memiliki lebih dari tiga WAG. Ketiga WAG tersebut adalah: Pertama, WAG kantor, kedua WAG alumni, dan ketiga WAG keluarga.

Yuk kita bagikan atau share file gambar sensus penduduk online 2020. Bagikan ke semua grup WA yang dimiliki. 

Sukseskan Sensus Penduduk Online 2020.

Sebentar lagi akan ada updating jika penulis sudah selesai melakukan pencatatan online.

Penulis sudah kirim data secara online.

Beberapa waktu yang lalu penulis mengunjungi situs BPS untuk melakukan pencatatan secara online. data pribadi kita sudah ada disana seperti yang tercatat di data kependudukan BPS. Kita tinggal updating dan mengisi beberapa data yang belum ada seperti suku dan nomor surat nikah.

Buku nikah kami perlu dicari dulu dan untuk itu field ini saya kosongkan dulu. Dibutuhkan sekitar 20 menit untuk menjawab daftar pertanyaan sensus penduduk online 2020 ini. Setelah buku nikah diketemukan langsung nomornya saya catatkan pada field yang tadi masih kosong dan klik kirim. 

Ada pesan yang muncul yang menyatakan kita bisa verifikasi kembali data kita itu setelah beberapa menit. Nanti saya cek ya.

Field Suku 

Field suku gampang untuk isteri dan saya sendiri. Tinggal pilih dan klik. Tetapi, untuk kedua anak saya sedikit ragu sebab saya suku Sekayu Palembang dan isteri suku Sunda. Kedua anak lahir dan dibesarkan di Bogor. Mereka berdua pasif baik bahasa Palembang maupun bahasa Sunda. Sehari-hari kami berbahasa Indonesia dialek Jakarta/Betawi.

Suku apa ya yang pas bagi mereka berdua itu? Saya putuskan suku Sekayu, Palembang saja. Ikut suku ayah.

Tetapi, kemudian isteri tidak begitu setuju. Menurutnya, mereka berdua dilahirkan dan dibesarkan di Bogor, Jawa barat. Ini Bumi Sunda Atuh katanya. Juga, mereka berdua masing lebih paham bahasa Sunda dibandingkan dengan bahasa Sekayu walaupun masih dalam kategori Pasif.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun